Oleh karena itu alangkah bagusnya kalau permasalahan radikalisme di dalam negeri sudah tuntas tas, barulah berfikir tentang mereka yang 600 jiwa nun di Suriah sana.
Terlebih lagi, tak ada salahnya sebagai orang tua, suatu hal yang wajar untuk memberikan pelajaran terhadap anaknya yang nakal. Terlebih lagi mereka para kombatan ISIS itu kalau dibilang sebagai anak yang nakal, bisa disebut nakalnya sudah kelewatan.
Sehingga kalau pun memang ada niat untuk mengembalikan mereka, persiapkan secara matang. Terutama tuntaskan dulu program deradikalisasi itu sampai tak ada lagi ketakutan yang mengganggu ketenteraman di negeri ini.
Lalu sambil “mengobati” mereka yang sudah terpapar virus radikalisme yang dipandang lebih berbahaya dari virus corona itu, dalam jangka tiga sampai lima tahun biarkan saja para kombatan itu merasakan pahit-getirnya hidup tanpa kejelasan. Paling tidak untuk memberikan pelajaran, enak mana hidup dibuai mimpi bersama bidadari di sorga jika dibandingkan hidup di Indonesia yang seperti ini kenyataannya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H