Wacana pemulangan para kombatan negara Islam Irak dan Suriah, atawa lebih dikenal dengan ISIS (Islamic State in Iraq and Syria), yang digaungkan Menteri Agama, Fachrur Razi, langsung mencuat jadi topik bahasan berbagai kalangan saat ini.
Tak kerkecuali Presiden Jokowi yang dengan tegas menolaknya. Lebih jauh orang nomor satu di Indonesia ini mengatakan, secara pribadi tak menginginkan eks ISIS tersebut kembali ke Indonesia.
Namun, pembahasan lebih lanjut soal rencana itu akan dibahas dalam rapat terbatas (ratas) dengan kementerian terkait.
Oleh karena itu, apabila menyimak wacana Fachrur Razi, terlepas kemudian diklarifikasi, tetap saja telah menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat yang seakan tiada henti diterpa berbagai isu.
Terlebih lagi isu yang beredar itu begitu sensitif, dan tak jarang menimbulkan kontroversi.  Sehingga suka maupun tidak banyak pihak yang menuding Fachrur Razi tidak mampu  mengejawantahkan program yang dibebankan Jokowi, dan pada ahirnya tak sedikit yang menuntut yang bersangkutan lengser dari kursi Menteri Agama yang sudah lewat 100 hari didudukinya.
Sungguh miris memang. seorang pensiunan petinggi TNI begitu mudahnya mewacanakan hal yang sangat sensitif seperti yang ramai dibicarakan saat ini.Â
Sebab walau bagaimanapun, para kombatan ISIS, yang dalam bahasa Arabnya disebut Al-Dawla al-Islamiya fi al-Iraq wa al-Sham itu berasal dari Indonesia.
Namun lantaran terlanjur tergiur oleh iming-iming dari negara yang dipimpin Abubakar al-Baghdadi itu, yang syahdan ISIS merupakan suatu negara berbentuk khilafah, dan kehidupan warganya akan dijamin secara totalitas, hingga impian suatu negeri yang katanya baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, atawa suatu negara yang selaras antara kebaikanalam dan erilaku warganya. Negara yang keadaannya subur dan makmur, akan menjadi kenyataan, maka tanpa reserve lagi para kombatan itu pun membuang segala atribut ke-WNI-annya.
Artinya para kombatan itu secara serta-merta tak mengakui Indonesia sebagai negaranya. Lalu mereka pun mengikrarkan dirinya sebagai warga ISIS. Siap berkorban segala-galanya, harta dan jiwanya, demi ISIS semata. Terlebih lagi jika matipun kelak akan dijamin masuk sorga.
Lalu apabila kemudian apa yang diimpikan di awalnya sebagai sebuah sorga – sebagaimana yang dijanjikan, tapi dalam kenyataannya justru bicara lain (dikatakan demikian saat mereka terbangun dari tidurnya), yang disaksikan dan dirasakannya adalah suatu neraka yang menyiksa semata, maka timbullah sesal dalam dadanya, mereka pun berharap uluran tangan. Paling tidak ingin kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Apakah semudah itu seorang Fachrur Razi yang pensiunan petinggi TNI merangkulkan tangannya kepada mereka yang telah menanggalkan status WNI secara begitu saja?