Mengikuti kegiatan kampanye calon GubernurDKI Jakarta nomor urut tiga, Anies Baswedan di seberang Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo, Jakarta Utara, membuat netizen tersentak dengan komentar mantan Mendikbud ini yang menyebut pemukiman komplek lokalisasi Kalijodo bukan ditata, melainkan digusur secara paksa.
Lebih lanjut calon Gubernur yang dijagokan Gerindra dan PKS itu mengatakan, bahwa yang seharusnya dilakukan di Kalijodo adalah penataan kampung
 "Kampung diremajakan, ditata ulang, warganya tetap tinggal di sana, tetapi kampungnya menjadi kampung yang bersih, sehat, baik, dan masing-masing memiliki tempat tinggal," ujar Anies.
Dengan demikian, menurut dia, kehidupan warga tidak sampai terganggu karena dipindahkan.
Entah lupa, entah sama sekali tidak mengetahui, atawa memang tutup mata dengan asal-usul Kalijodo, Anies cenderung mengkritisi kebijakan Gubernur Basuki T. Purnama secara membabi-buta.
Sehingga publik pun memiliki dugaan kalau Anies Baswedan akan melegalkan praktik pelacuran, atawa paling tidak akan tutup mata pada kegiatan transaksi jual-beli berahi, yang identik dengan kemaksiatan, dan yang jelas-jelas diharamkan dalam agama Islam ini.
Padahal semua orang tahu, di belakang Anies Baswedan ada PKS yang diidentikkan dengan partai dakwah. Ditambah lagi dengan dukungan ormas FPI yang selama ini getol memerangi segala bentuk kemaksiatan, baik melalui dakwah, maupun tindakan yang terkadang berlebihan daripada aparat semacam Satpol PP dan kepolisian.
Demikian juga halnya dengan sosok Anies Baswedan sendiri. Publik melihat politisi ‘dadakan’ mantan praktisi pendidikan, ini dalam kesehariannya selalu tampil santun, dan dipandang sebagai penganut agama Islam yang taat, serta memiliki integritas yang tinggi.
Oleh karena itu, wajar bila kemudian publik sampai menilainya sebagai seorang hipokrit sejati, jika dalam mengomentari Kalijodo saja Anies mengesampingkan duduk perkara yang sesungguhnya.
Bukankah dalam sebuah komplek lokalisasi, tidak hanya terjadi perzinaan saja, melainkan judi, minuman keras, hingga kriminalitas pun sudah merupakan sesuatu yang lumrah juga adanya.
Atau angan-jangan Anies merasa gamang, ewuh-pakewuh, dan kagok kalau mengomentari Kalijodo sebagai bekas tempat perzinaan, paling tidak takut awak media yang mewawancarainya akan bertanya lebih jauh lagi, seperti misalnya dengan kasus yang belum lama ini dikabarkan, bahwa salah seorang anggota DPRD di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, dari fraksi PKS, bernama Gazali Rahman, tertangkap basah sedang berzina, alias mencabuli seorang pelajar SMA di kawasan Gedung Olahraga dan Seni (GOS) Aluh Idut, Kandangan. Sehingga akan menyinggung partai yang mendukung dirinya itu.
Entahlah. Hanya saja yang jelas atas komentarnya itu Anies telah mengundang publik untuk mengucap Astaghfirullah. Dan memprediksinya kalau kelak ditakdirkan menjadi gubernur DKI Jakarta, maka pelacuran pun akan dibiarkannya kembali mewabah.
Tapi semoga saja dugaan itu jangan sampai jadi kenyataan. Anggap saja Anies lupa dengan asal-muasal Kalijodo sebagai tempat pelacuran. Komentarnya itu pun semata-mata saking ngototnya ingin menjadi gubernur DKI Jakarta belaka, dan berambisi mengalahkan Basuki T. Purnama yang menjadi lawan tangguhnya dengan segala cara.
Itu saja.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H