Dikabarkan GP Ansor, organisasi onderbouw NU (Nahdatul Ulama), meyatakan dukungannya terhadap pasangan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta nomor urut dua, Ahok-Djarot jelang putran final Pilkada DKI Jakarta 2017.
Padahal beberapa waktu lalu, pernah terjadi ‘miskomunikasi’ dengan Cagub DKI Jakarta nomor urut dua, Ahok, alias Basuki T. Purnama, lantaran sikap Gubernur pertahana ini yang dianggap begitu offensive terhadap Ketua MUI Pusat, KH Ma’ruf Amin, yang dihadirkan jaksa penuntut umum dalam persidangan kasus penodaan agama.
Bahkan karena itu juga, GP Ansor Jakarta Selatan sampai hendak menggeruduk Rumah Lembang, Posko-nya pasangan Ahok-Djarot. Untung saja niat mereka pun batal setelah mendapat nasihat dari tokoh NU setempat, dan dari pimpinan GP Ansor pusat.
Ada pun alasan GP Ansor DKI Jakarta mendukung paslon nomor urut dua, tak lain sebagai momentum mencegah berkuasanya kelompok-kelompok radikal dan garis keras di Jakarta.
"Kami sangat menolak calon gubernur yang didukung Islam radikal dan Islam garis keras," tegas Ketua GP Ansor DKI Jakarta Abdul Azis.
Lalu Islam radikal, dan garis keras yang mana yang dimaksudnya? Apakah mereka yang selama ini seringkali membuat teror bom di berbagai tempat, hingga banyak memakan korban tak berdosa, atawa kelompok yang selama ini acapkali menebar ancaman intoleransi, dan kerap bersikap laiknya aparat polisi yang sok suci?
Entahlah. Hanya saja yang jelas, sikap GP Ansor yang demikian tegas, seakan sebuah oase di tengah padang gersang, dan mengingatkan kembali pada tujuan awal berdirinya organisasi pemuda yang merupakan sayap ormas keagamaan terbesar di NKRI ini.
GP Ansor berdiri dari wujud keprihatinan kondisi yang terjadi saat bermunculannya organisasi kepemudaan yang bersifat primordial, alias kedaerahan, seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan para pendirinya, lebih cenderung memilih sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman, dan kebangsaan.
Kiprah GP Ansor terhadap terwujudnya NKRI tak diragukan lagi. Sejak awal berdiri hingga sekarang ini, sumbangsihnya dalam mencerahkan umat Islam untuk bersikap toleran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dibingkai Bhineka Tungal Ika, menjadi bukti nyata yang begitu signifikan.
Sehingga sikap GP Ansor yang tegas menyatakan, "Kami sangat menolak calon gubernur yang didukung Islam radikal dan Islam garis keras." Dan, "Ansor dihina dari zaman Gus Dur, sudah biasa. Dibilang kafir, munafik sudah biasa. Tapi kalau sudah merusak tatanan NKRI dan demokrasi, pasti akan kami lawan,”
Oleh karena itu tak salah lagi jika sekarang ini GP Ansor dengan tegas menyatakan siap untuk memenangkan pasangan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta nomor urut dua Ahok-Djarot pada pemungutan suara 19 April mendatang.