Pilkada, atawa ada juga yang menyebutnya Pilgub, yakni pemilihan gubernur dan wakil gubernur, di Provinsi Jawa Barat sebentar lagi akan digelar. Ya sebentar lagi, di 2018 yang akan datang. Beberapa bakal calon sudah ada yang bersuara, tapi tak sedikit yang masih malu-malu kucing untuk unjuk diri.
Sementara itu Pilkada di Jawa Barat 2018 mendatang juga dianggap banyak pengamat sebagai ajang persaingan ketat dua birokrat, yaitu  antara Ridwan Kamil yang saat ini menjabat Walikota Bandung dengan Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta.
Akan tetapi jangan salah, patut diingat, dalam dua kali pemilihan langsung oleh rakyat, PKS (Partai Keadilan Sejahtera) hegemoni mesin politiknya  masih dianggap cukup kuat. Buktinya Ahmad Heryawan mampu bertahan dua periode dalam memimpin Provinsi-nya urang Sunda tersebut. Tapi dengan satu catatan, Aher – panggilan akrab untuk politisi PKS, ini selalu saja mengambil wakil gubernurnya dari kalangan artis yang bisa jadi dianggap cukup tinggi memiliki daya pikat.
Sehingga di Jawa Barat ini, kalau mengacu pada kemenangan PKS, suara partai politik tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur lagi untuk memprediksi kemenangan calon yang didukung oleh parpol yang dianggap memiliki basis pendukung sangat kuat.
Beberapa kali Pemilu legislatif pasca reformasi dilaksanakan, PKS belum pernah berada di posisi teratas memang. Boleh dikatakan masih bertahan di klasemen tengah. Lain halnya dengan partai Golkar dan PDIP, juga partai Demokrat,  perolehan suara ketiganya silih berganti menduduki  klasemen puncak.
Berdasarkan catatan penulis, dalam dua kali Pilkada, Ahmad Heryawan, politikus PKS yang pada awalnya merupakan nama yang masih ‘asing’ bagi warga Jawa Barat, dengan gemilang menumbangkan hegemoni partai Golkar dan PDIP dalam Pilkada 2008. Demikian juga dalam Pilkada 2013 Aher, sapaan akrab gubernur Jawa Barat, ini masih tetap berjaya mempertahankan kedudukannya, dan mengalahkan kandidat lain yang masing-masing diusung parpol yang memiliki kursi lebih banyak.
Pada Pilkada 2008, Aher bergandengan tangan dengan Dede Yusuf, aktor laga yang bergabung dengan Partai amanat Nasional (PAN), dan dengan tidak disangka-sangka mampu menjungkalkan  pasangan calon yang diusung partai Golkar, yang juga merupakan  pertahana, Danny Setiawan yang berpasangan dengan Iwan Sulanjana, mantan Pangdam III Siliwangi, serta pasangan Agum Gumelar-Nu’man Abdulhakim yang diusung PDIP dan PPP.
Begitu juga dalam Pilkada 2013, kedigjayaan Aher yang telah berganti pasangan dengan aktor Deddy Mizwar  belum ada yang mampu menumbangkan. Terbukti, Dede Yusuf yang bekas wakilnya di periode sebelumnya, dan berpasangan dengan Lex Laksmana, meskipun diusung partai Demokrat yang saat itu mendapat kursi terbanyak, ternyata hanya mampu berada di posisi ketiga saja. Masih mendingan dengan Rieke Dyah Pitaloka yang berpasangan dengan Teten Masduki, yang diusung PDIP ketika itu berada di posisi kedua. Yang paling menyedihkan justru jagoan yang diusung partai Golkar, Irianto (Yance) MS Safiudin yang notabene ketua DPD partai Golkar Jawa Barat, dan mantan Bupati Indramayu yang berpasangan dengan Tatang Farhanul Hakim, mantan Bupati Tasikmalaya selama dua periode, hanya jadi pangais bungsu, alias di posisi keempat dari lima pasangan calon yang berlaga saat itu.
Sehingga tak salah jika banyak pertanyaan bermunculan, masihkah PKS mampu mempertahankan cengkeraman kekuasaannya di Bumi Parahiyangan dalam Pilkada 2018 mendatang. Sementara itu sejak jauh hari dua nama yang dianggap telah sukses dan mampu membawa perubahan di daerah yang masing-masing dipimpinnya selama ini, yaitu Ridwan Kamil dan Deddy Mulyadi begitu gencar dijagokan oleh para fans pendukungnya.
Kesuksesan dan prestasi Deddy Mulyadi dan Ridwan Kamil sebagai sosok pemimpin yang mumpuni, tidak hanya diakui oleh warga di daerahnya masing-masing saja memang. Dua nama itu juga sudah memiliki tempat tersendiri di tingkat nasional. Bahkan bisa juga dikatakan sudah go internasional. Sehingga tak salah jika memang dianggap sebagai kandidat kuat dalam pilkada 2018 di Jawa Barat.
Akan tetapi, terlepas dari eforia yang membahana dari pendukung dua nama itu, kandidat lain yang akan muncul belakangan jangan pernah diabaikan. Sebut saja Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum, yang digadang-gadang oleh PPP, malahan sudah terdengar mendeklarasikan diri. Belum lagi dengan TB Hasanudin, politikus PDIP yang tampak telah ancang-ancang dengan banyak memasang gambar dirinya di sepanjang jalan, atawa jangan-jangan malah PKS yang sudah memberi sinyal akan mengusung isteri dari pertahana, Ny. Netty Heryawan sendiri yang justru akan masih tetap memegang kendali.***