Hal itu memang dikembalikan lagi pada warga Jakarta. Sebab jargon “Karena hanya dalam tempo lima menit saja di bilik suara, malah bisa merugi lima tahun lamanya” telah dimaklumi oleh mereka.
Demikian juga dengan fakta yang terjadi selama ini, pada umumnya watak bangsa Indonesia seringkali jatuh iba, dan berpihak kepada yang teraniaya. Terlepas dari masalah yang membelitnya.
Oleh karena itu, bisa jadi akan menjadi bumerang jika seandainya Ahok terus-menerus diserang dengan cara yang terjadi selama ini, karena justru akan semakin melambungkannya ke posisi yang menguntungkan.
Sehingga pihak Anies-Sandi harus mengubah taktik dan strateginya, jika ingin meraih kemenangan. Sebaiknya di dalam tempo yang singkat ini, paling tidak Anies-Sandi menjanjikan untuk melanjutkan program kerja Gubernur sebelumnya, atawa jika dalam program itu ada kelemahan, kekurangan, dan tidak berpihak pada rakyat banyak, maka akan diperbaiki, dan ditingkatkan kembali supaya lebih baik lagi. Bukannya malah menjanjikan hal yang tidak masuk akal misalnya.
Apalagi jika sekiranya Anies-Sandi malah mau bergandengan mesra dengan Ahok-Djarot, bisa jadi warga DKI Jakarta akan semakin menaruh simpati. Tidak memperlihatkan sebagai petarung yang siap menerkam lawannya dengan penuh rasa dendam dan benci.
Maka tak syak lagi, di dalam hati warga Jakarta yang masih berpikiran waras pun akan muncul komentar : “Sikap santun dan cerdas pasangan Anies-Sandi adalah merupakan fakta yang sesungguhnya, bukan seperti yang diisukan selama ini, sekedar topeng penutup watak yang sebenarnya...”
Begitu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H