Ya, publik pun tahu. Metro TV milik Surya Paloh, pengusaha dan politikus pendiri partai Nasdem, yaang notabene pendukung pasangan capres/cawapres nomor urut dua, Jokowi-JK. Sementara keluarga Aburizal Bakrie, tentu saja, karena Sang Bigboss kala itu merupakan ketua umum partai Golkar yang mendukung Prabowo-Hatta.
Maka suka maupun tidak, pers atawa media terbukti telah memihak. Tergantung siapa pemiliknya, dan di parpol mana pemiliknya itu berada.
Namun kalau di antara kita masih mampu berpikir waras, dan memiliki nalar yang cerdas, Â dilihat dari kaidah dan kode etik, Â sikap media yang dsebut di atas tadi jelas merupakan suatu bentuk keberpihakan yang kebablasan, alias melenceng jauh dari hakikat keberpihakan media yang sesungguhnya.
Terbukti, media televisi milik Hary Tanusudibyo, Surya Paloh, dan Aburizal Bakrie, itu mendapat teguran peringatan dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) atas keberpihakannya yang melulu didasari faktor suka dan tidak suka belaka tersebut.
Malahan apabila tetap keukeuh dengan sikapnya itu, maka KPI bisa saja untuk meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengevaluasi izin penyelenggaraan penyiarannya.
Jadi kalau demikian media tidak boleh berpihak ya?
Sama sekali tidak. Media justru sudah seharusnya memiliki keberpihakan. Tetapi keberpihakannya terhadap kebenaran. Dan kebenaran itu pun bukan menurut individu masing-masing, melainkan kebenaran jurnalistik, atawa jelasnya adalah kebenaran berdasarkan  fakta.***
Sumber ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H