Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver SBY yang Malah Jadi Senjata Makan Tuan

3 Februari 2017   20:27 Diperbarui: 4 Februari 2017   04:57 3864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susilo Bambang Yudhoyono (Sumber foto: Kompas.com)

Sehingga saat ini pun publik banyak menarik kesimpulan, sikap SBY yang seperti sedang galau gundah-gulana, karena prihatin dengan fitnah yang menimpa dirinya, termasuk dengan perasaan ada pihak yang telah menerobos ruang privasinya, dengan menyadap telponnya, adalah salah satu trik Presiden keenam ini yang sedang mencoba untuk menarik simpati khalayak. Atawa paling tidak, mungkin juga sedang melakukan uji kasus, apakah masih seperti 2004 dan 2009  -  masih banyak rakyat yang bersimpati pada dirinya.

Entahlah. Masalah itu pun perlu dikaji ulang kembali. Atawa paling tidak ada survey yang obyektif untuk mengetahuinya secara gamblang dan jelas.

Akan tetapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apa pula motivasi  SBY bersikap demikian. Bukankah suatu hal yang mustahil kalau dirinya hendak ikut bertarung kembali di Pilpres 2019, sebagai calon Presiden, karena peraturan perundang-undangan terkait hal itu sudah jelas tidak memperbolehkannya. Kecuali mungkin saja kalau duduk sebagai calon wakil Presiden misalnya (apa mau mantan Presiden jadi calon wakil Presiden?), atawa mengusung sanak keluarga, istri atau anaknya, itu lain pula persoalannya.

Jika dugaan itu benar adanya, maka tak salah lagi seorang SBY itu termasuk orang yang haus kekuasaan. Seperti bunyi pepatah lama, semakin banyak meminum air laut, maka kian haus jadinya seakan berlaku pada sosok yang satu ini. Sebagaimana analisa banyak orang, bahkan dengan diusungnya AHY sebagai cagub dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 ini, semata-mata hanyalah sebagai batu loncatan untuk digadang-gadang dalam pertarungan Pilpres 2019 mendatang.

Bagaimanapun  situasi dan kondisi saat ini, jauh berbeda dengan 2004 lalu memang. Mata publik bisa jadi sudah mampu membedakan antara kebenaran sejati dengan kepalsuan yang dibalut kebenaran. Sehingga mereka tak gampang untuk dibohongi lagi. Salah satu faktanya, perolehan suara partai besutannya, partai Demokrat, pada Pemilu 2014 lalu tidak signifikan lagi, alias tergilas oleh partai pendatang baru. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun