Keduanya pun kembali sering memadu asmara manakala suaminya sedang tidak ada. Apalagi kalau bukan berselingkuh namanya. Maka Ningsih bisa dikatakan melayani dua orang lelaki, mantan suaminya dan juga suami yang sah menikahinya sekarang ini. Yang namanya berselingkuh memang dilakukan secara rahasia, dan hanya mereka berdua saja yang mengetahuinya.
Kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, suatu ketika akan jatuh juga. Atawa serapat-rapatnya seseorang menyembunyikan suatu rahasia, suatu ketika akan ketahuan juga. Pepatah itu berlaku pada Ningsih. Perselingkuhannya ahirnya diketahui juga oleh suaminya. Dan ahirnya Ningsih diceraikan seketika itu juga. Lalu diusirnya dari rumah suaminya tanpa mendapat pesanggon (Seperti pegawai yang diberhentikan dari perusahaan saja!) sedikitpun juga.
Kemudian ketika Ningsih meminta mantan suaminya untuk menikahinya lagi. Lelaki itu memang bersedia. Tetapi dengan sarat Ningsih harus mau bekerja. Mencari uang untuk kebutuhan hidup rumah tangga mereka. Ningsih pun setuju. Tapi pekerjaan apa yang musti dilakukannya ?
Itulah masalahnya. Ningsih tidak memiliki keterampilan apa-apa. Untuk menjadi pembantu rumah tangga, atawa babby sitter misalnya, gajinya tak seberapa. Padahal pekerjaannya lumayan beratnya. Begitu juga seumpama bekerja di pabrik seperti banyak dilakukan tetangganya, sama saja seperti pilihan pertama. Sedangkan untuk bekerja di kantor suatu yang mustahil adanya. Ijasah SMP yang dimilikinya paling hanya jadi pesuruh saja. Tapi Ningsih untung saja memiliki modal lain yang tidak menutup kemungkinan dapat menyedot banyak uang. Wajahnya lumayan cantik, dan meskipun sudah melahirkan seorang anak, tubuh Ningsih masih mampu mengundang gairah lelaki yang seringkali sulit mengerem syahwatnya. Lalu ketika seorang temannya menawarkan pekerjaan sebagai pemandu lagu di sebuah tempat karokean, tanpa pikir panjang Ningsih menerimanya. Pekerjaan itu dilakukannya hanya sepanjang malam saja. Memang gaji resmi yang diterimanya tidak seberapa, tapi pemberian para tamu yang dilayaninya lebih dari lumayan saban malamnya. Apalagi kalau Ningsih bersedia memberikan pelayanan plus-plus pada tamu yang biasanya kaum pria iseng yang kesepian, uang yang diterimanya bisa jadi lebih besar dari tiga bulan gaji resmi pemandu lagu.
Mendengar penuturan panjang-lebar perempuan itu, aku hanya mampu menghela napas panjang.
“Kisah Ningsih membosankan ya, Kang ?!” Perempuan itu menatapku dengan binal penuh gairah. Aku tergeragap.
“Tidak. Tidak. Justru membuatku bagaimana gitu...” sahutku sambil langsung menerkam perempuan itu.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI