iv. Kehilangan orientasi kerja.
v. Kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.
Tokh kalau pun diminta oleh SBY untuk menilai kinerjanya memimpin negara ini selama sepuluh tahun, apa boleh buat, dengan sangat terpaksa, dan suka maupun tidak, kita pun pasti akan mengatakan dengan yang sebenarnya. Sekalian untuk melawan lupa.
Satu di antaranya yang paling berkesan di hati rakyat Indonesia selama dipimpin oleh SBY adalah slogan yang selalu muncul di layar televisi saat itu. “Katakan tidak pada korupsi” yang ketika itu diucapkan SBY sendiri, Anas Urbaningrum, maupun Angelina Sondakh, dan Ibas kalau tak salah, di dalam kenyataannya ternyata malah sebaliknya. Dua nama terahir malah masuk bui karena melakukan korupsi. Dan tidak hanya dua orang itu tadi, sederet nama kader PD ketka SBY berkuasa telah dijebloskan ke dalam penjara dalam kasus yang sama – mengemplang duit negara.
Lalu program BLT sebagai pengganti subsidi BBM yang konon dibagikan pada rakyat miskin, akibatnya tak kalah pula menimbulkan banyak masalah. Malah dampaknya yang hingga sekarang masih terasa adalah mental mereka (rakyat yang dinamakan miskin itu) semakin keropos saja. Telapak tangannya selalu ditadahkan, maunya diberi saja. Bahkan dalam kegiatan gotong-royong untuk kepentingan umum saja – termasuk kepentingan rakyat miskin sendiri, mereka enggan melakukannya kalau tanpa ada imbalan.
Tapi sudahlah. Tak perlu semuanya dibeberkan. Selain menyakitkan, juga tak baik untuk membuka aib di hadapan publik. Dan cuitan SBY itu kalau diterjemahkan maksudnya bisa jadi adalah pesan untuk dicatat oleh penguasa. Jangan asal bicara, apalagi sampai menyalahkan penguasa sebelumnya.
Lebih tepatnya, bahwa segala program dan kebijakan SBY selama jadi penguasa kemungknian besar bukan untuk dibicarakan, tetapi cukup sudah dijadikan sebagai cermin saja. Sebagaimana pesan Bung Karno: Jangan melupakan sejarah. Bahwa yang kita kerjakan saat ini harus dengan bercermin pada masa lalu. Maksudnya kesalahan yang terjadi di masa lalu harus diperbaiki, dan yang sudah dianggap baik haruslah lebih baik.
Begitu kira-kira.
Bagaimanapun kita harus tetap menghormati penguasa terdahulu. Anggap saja SBY sebagai seorang tua yang sudah memasuki usia senja. Selain pantas dihormati, sudah selayaknya dimaklumi. Karena orang tua seusianya seringkali lupa pada hal yang telah terjadi. Mungkin karena gejala post-power syndrome itu tadi.
Tapi semoga saja tidak. Mudah-mudahan SBY selalu sehat-sehat saja. ***