Sehabis shalat Isya tetangga itu bertandang ke rumah sambil menyerahkan setumpuk buku dan majalah yang dijanjikannya. Meskipun ada perasaan segan, apa boleh buat, saya terima juga.
Bagaimanapun kisah DI/TII pimpinan SM Kartosuwiryo di kampung kami, telah membuat saudara, teman, tetangga, dan warga yang satu agama terpecah-belah. Sebagaimana diceritakan almarhum kakek maupun ayah saya sendiri. Kebrutalan pasukan SM Karto Suwiryo terhadap warga yang tidak mendukung aksinya itu begitu kejam. Harta benda warga pun dirampas, kampung-kampung dibumi-hanguskan.
Padahal peristiwa itu sudah lama sekali. Dan sekarang ini hendak dihidupkan kembali oleh kelompok pengajian itu.
Memang benar, saya ingin melihat agama Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin, tapi bukan dengan mendirikan negara di dalam negara, juga bukan dengan cara membabi-buta, dan bukan pula dengan cara menghalalkan dengan segala cara. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H