[caption caption="Ilustrasi (Sumber: liputan6.com)"][/caption]
Penyebab tewasnya perempuan muda bernama Wayan Mirna Saihin seusai minum es kopi vietnam, setelah diselidiki, dan kemudian jenazahnya diautopsi, menurut pihak kepolisian diduga kuat karena kopi yang diminumnya mengandung racun sianida. Dan mustahil racun yang mematikan itu sengaja diminum dengan sukarela oleh mendiang Mirna.  Bisa jadi Mirna dibunuh seseorang.
Tapi siapa pembunuhnya, hingga sekarang pihak kepolisian belum mengumumkannya.
Pembunuhan dengan cara meracun korban, mengingatkan kembali pada peristiwa tewasnya aktivis HAM, Munir Said Thalib, 7 September 2004, dalam perjalanan menuju negeri Belanda. Menurut hasil autopsi Institut Forensik Belanda yang dikeluarkan 24 Nopember 2004, ditemukan adanya racun arsenik di dalam tubuh almarhum Munir.
Setahun kemudian, tepatnya 20 Desember 2005, seorang pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto, oleh hakim yang mengadili kasus tersebut ditetapkan sebagai pelakunya. Pollycarpus dijatuhi vonis 14 tahun penjara.
Hanya saja hingga saat ini belum juga terkuak siapa otak di balik pembunuhan Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial itu. Memang 19 Juni 2008 Mayjen (Purn) Muchdi Pr, wakil ketua umum partai Gerindra, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Di pengadilan beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya. Akan tetapi mantan Danjen Kopassus tersebut ternyata malah divonis bebas. Sehingga otak maupun motif pembunuhan suami suciwati itu masih misterius hingga kini.
Racun sianida yang menewaskan Mirna, dan racun arsenik yang membuat dua anak Munir jadi yatim karena kehilangan abahnya (= ayahnya), konon merupakan racun yang sangat mematikan dan sulit dideteksi oleh orang awam. Sehingga bagi pembunuh kejam merupakan suatu pilihan.
Hanya saja motif pembunuhan terhadap Munir dengan yang menimpa Mirna – tentu saja, berbeda tampaknya.
Mirna hanyalah seorang perempuan muda yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan pria pilihannya. Tidak menutup kemungkinan di balik kebahagiaan pernikahan Mirna, diam-diam ada pihak yang justru merasa terluka. Mungkin saja sebelum menikah dengan pria yang telah jadi suaminya, Mirna pernah menjalin hubungan asmara dengan yang lainnya.
Sementara racun yang membuat Munir terbunuh lain lagi motifnya. Meskipun sampai saat ini belum – atawa janganjangan tidak akan pernah – terkuak, besar kemungkinan karena aktivitas almarhum selama hidupnya juga. Â
Saat menjabat Direktur Kontras, nama Munir  melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar Kopassus. Sehingga membuat Danjen Kopassus Prabowo Subianto dicopot dari jabatannya, dan Tim Mawar pun diadili.
Terlepas siapa dua anak manusia itu yang tewas karena diracun, sudah seharusnya pihak penegak hukum mengungkapnya secara terang-benderang. Bagaimanapun pembunuhan merupakan tindakan yang melanggar hukum. Apalagi hukum merupakan panglima di negeri ini.
Maka jangan ada lagi dusta di antara kita. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H