Bahkan dalam kasus reshufle Kabinet saja, secara kasat mata, adanya pergantian para pembantu Presiden bisa jadi disebabkan para menteri yang diganti tidak memenuhi harapan, dalam kata lain tidak becus bekerja. Sementara para menteri yang akan di-reshufle itu sendiri tampaknya tidak tahu diri. Malahan justru berusaha mempertahankan kedudukannya dengan berbagai cara. Paling tidak mencoba mengalihkan perhatian publik dan Presiden pada persoalan lain, agar dirinya terlepas dari sorotan.
Andaikan saja para pejabat publik – termasuk jajaran menteri,sering introspeksi diri, dan masih memiliki hati nurani, plus moral yang kuat, sepertinya reshufle pun tidak akan ada dalam kamus Kabinet pemerintahan di Indonesia ini.  Karena bila yang bersangkutan merasa gagal melaksanakan tugasnya, maka sebelum mendapat kritikan publik dan diganti, yang bersangkutan dengan tanpa reserve lagi buru-buru menyatakan untuk mengundurkan diri - seperti Djoko Sasono baru-baru ini. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H