Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lain SBY Lain Pula dengan Obama

23 Desember 2012   02:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:10 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GAYA kepemimpinan seorang presiden, tampaknya menentukan terhadap sukses tidaknya yang bersangkutan dalam mengemban tugas sebagai orang nomor satu di negaranya. Dan penilaian itu datang dari rakyatnya juga, tentu saja. Karena Presiden berbeda dengan raja.

Kalau boleh menilai, dan membuat analogi antara dua orang pemimpin pada dua negara, maka kita akan dapat melihat yang terjadi di negeri Paman Sam sana, Presiden Barrack Obama dalam kenyataannya boleh disebut memegang prinsip Lebih cepat lebih baik. Sementara SBY, Presiden RI saat ini kemungkinan besar masih berpegang teguh pada peribahasa tanah leluhurnya: Alon-alon asal kelakon.

Hal itu dapat dilihat dalam pergantian menteri di dalam kabinetnya masing-masing. Dikabarkan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton mengalami gegar otak setelah pingsan di rumahnya (15/12). Selang seminggu kemudian, Presiden Barrack Obama Melantik Senator John Kerry sebagai Menlunya untuk menggantikan Hillary.

Sementara di Indonesia, sejak 3 Desember 2012 Menpora Andi Alfian Mallarangeng telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus Hambalang. Dan sampai detik ini Presiden SBY belum menetapkan seseorang untuk menggantikan kedudukan yang dilepaskan AAM itu. Kecuali menunjuk Menko Kesra sebagai PLH.

Padahal di Indonesia ini rakyatnya sedang merindukan capaian prestasi terhormat di bidang olah raga. Padahal rakyat Indonesia sedang dibingungkan oleh keterpurukan prestasi sepak bola, akibat perseteruan para elitnya yang tak kunjung selesai itu.

Bisa jadi olah raga, khususnya sepak bola dianggap sebagai obat yang mujarab bagi rakyat di tengah hiruk-pikuknya kesemrawutan politik di negeri ini. Akan tetapi sayangnya, SBY sebagai orang nomor satu di negeri ini seolah kurang tanggap. Malahan terkesan seakan membiarkan prestasi demi prestasi di bidang olah raga semakin hari semakin terpuruk, seiring kegagalannya dalam menerapkan jargo Katakan Tidak Pada Korupsi-nya.

Seandainya saja SBY tidak selamban sebagaimana yang disaksikan rakyatnya saat ini, dan cepat tanggap pada persoalan yang terjadi, seperti halnya rekannya Barrack Obama di AS sana, kemungkinan besar tidak akan banyak menuai kritikan pedas dari masyarakatnya.

Bahkan lucunya kritikan yang muncul pun acapkali di-counter orang-orang di dekatnya dengan cara-cara yang kurang terpuji lagi. Sehingga menimbulkan kesan sebagai sikap kekanak-kanakan. Jauh sekali dari sikap ksatria. Dan pada ahirnya semakin mengundang cemoohan rakyat yang lebih menyakitkan. Baik kepada SBY sendiri maupun kepada orang-orang di dekatnya itu.

Maka saya sendiri, sebagai salah satu rakyat Indonesia dari penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta itu, yang mungkin di mata para elit maupun SBY sendiri tidak memiliki arti sama sekali, semakin prihatin saja dibuatnya menyaksikan ‘panggung’ yang sedang dilakoninya dewasa ini.  Di negeri tercinta ini.***

Gegerbeas, 23/12/2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun