TADI siang saya mendapat undangan dari Kepala SMP di kecamatan tetangga. Ada kegiatan Porseni, katanya. Pak Pri, nama panggilan Kepala SMP itu berharap agar kegiatannya itu diliput. Dan dikorankan, tentu saja. Dalam hati saya bertanya, Porseni macam apa lagi menjelang libur panjang begini?
Selain memang sudah lama tidak bertemu dengan beliau, yang merupakan teman lama saya, saya pun menjadi penasaran dengan kegiatan yang akan diselenggarakannya. Lagi pula kebetulan hari ini agenda kegiatan saya rada longgar. Sehingga masih ada waktu untuk menyempatkan memenuhi undangan yang mendadak itu.
Setibanya di depan pintu ruang kantor Kepsek, seseorang dengan tergopoh-gopoh menghampiri saya. Setelah dekat dia memperkenalkan diri sebagai kepala TU (Tata Usaha). Lalu dia mengatakan bahwa tadi pagi mendapat perintah dari Pak Pri untuk menyambut kedatangan saya. Karena Pak Pri sendiri hari ini mendapat undangan mendadak dari Bandung. Selain menyampaikan permohonan maaf, Â saya diminta untuk bertemu dengan Pak Asep, Wakasek kesiswaan.
Oleh Kepala TU saya diantar untuk menemui Pak Asep di lokasi kegiatan. Dan meskipun baru pertama kali bertemu, wakil kepala sekolah ini tampaknya orang yang mudah akrab juga. Sambil bincang-bincang, Pak Asep memperkenalkan panitia penyelenggara. Bapak dan ibu guru tentunya.
Dengan dirubung panitia, Pak Asep menjelaskan kegiatan Pekan olah Raga dan Seni yang diselenggarakannya ini merupakan gagasan seluruh stap pengajar. Pesertanya selain siswa sekolah itu sendiri, juga melibatkan siswa kelas enam dari setiap SD yang ada di kecamatan itu.
Dengan gamblang Pak Asep menjelaskan, di samping merupakan ajang silaturahmi, kegiatan Porseni ini juga untuk menjaring calon siswa baru ternyata. Mereka berinteraksi dengan siswa SMP. Dan para siswa SD kelas ahir itu secara tidak langsung diajak mengenal calon sekolah manakala nanti mereka tamat dari SD.
Selain itu, bibit-bibit unggul di bidang olah raga dan seni pun akan terdeteksi sejak dini. Maka bila kelak mereka menjadi siswa SMP ini, akan dengan mudah untuk menindaklanjuti perkembangan prestasinya.
Saya pun menjadi kagum dibuatnya dengan trik menarik calon siswa di SMP ini. Persaingan semakin ketat memang. Di kecamatan yang memiliki 20 SD dan lima Madrasah Ibtidaiyah itu,terdapat juga dua SMP swasta dan lima Madrasah Tsanawiyah. Sehingga untuk mendapatkan banyak calon siswa, dibutuhkan kiat-kiat jitu, tentu saja.
Sungguh. Saya jadi ingat cerita orang tua. Jaman dulu konon sekolah SR (Sekolah Rakyat. Setingkat SD) saja kekurangan murid karena minat untuk bersekolah yang kurang. Sementara sekarang minat melanjutkan cukup tinggi, dan sekolahnya banyak bertebaran. Maka persaingan untuk menjaring calon siswa pun bagaikan pedagang di pasar yang menjaring calon pelanggan saja. Atau seperti calon anggota dewan yang butuh dukungan suara saja. Melakukan kampanye dengan berbagai cara. Bahkan curi start sejak awal lagi.. ***
Gegerbeas, 17/12/2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H