DAM! Dan pion milik lawanpun dipungutnya setelah satu sampai tiga kali dilangkahi. Sementara pemilik pion yang kehilangan ‘harta’-nya pun, setelah terhenyak sesaat, kembali memutar otak. Untuk mengatur siasat, agar dapat membalas kelengahannya tadi…
Kegiatan itu dapat ditemukan dalam sebuah permainan asah otak tradisional yang disebut Dam-daman, hampir mirip dengan permainan catur.  Bagi generasi ’80-an ke belakang, mungkin masih akrab mengenal permainan itu. Bahkan sering pula memainkannya. Anak-anak, laki maupun perempuan banyak yang menyukainya.  Dimainkan oleh dua orang yang saling berhadap-hadapan. Ketika waktu istirahat di sekolah, sambil menggembala ternak di lapangan, atau saat menunggu waktu maghrib di bulan Ramadhan, dam-daman begitu asyik dimainkan.
Adapun yang disebut pion dalam permainan dam-daman biasanya paling banyak menggunakan batu kerikil sebesar ibu jari. Setiap pemain memiliki 16 (enam belas) pion, eh, batu kerikil. Sementara papan permainannya sendiri dapat di buat pada sembarang tempat. Bisa di atas tanah, lantai tembok, papan kayu, kertas, dan lain-lain  dengan menggunakan arang, kapur tulis, ballpen, bahkan dengan menggunakan ranting kayu yang dicorat-coret di tas tanahpun bisa juga, asal tampak ada garis lurus memanjang dan menyilang, biasanya seukuran 20 X 30 cm.
Sedangkan cara bermain dam-daman adalah:
1.Dengan cara bergantian memindahkan pion masing-masing sebagaimana permainan catur.
2.Untuk memulai permainan ini, kedua pemain harus melakukan suit atau undian, siapa yang berhak           memajukan pion/batu kerikil duluan.
3.Pemain yang menang suit dipersilahkan untuk memajukan pionnya satu langkah yaitu pion paling            depan yang berhadapan dengan pion lawan dan bisa yang mana saja.
4.Setelah pemain pertama memindahkan pionnya maju selangkah, maka lawannya harus memindahkan        pionnya juga selangkah.
5.Kemudian giliran pemain pertama memakan (mengambilnya setelah dilangkahi) pion lawan.
Permainan dam-daman di jaman sekarang, sudah sulit ditemukan di kalangan anak-anak. Entah apa sebabnya. Padahal sebagaimana disebutkan, permainan ini merupakan permainan asah otak, dan alangkah sayangnya kalau sampai lenyap menghilang tanpa ada kejelasan.
Cigupit, 2012/04/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H