Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KPK Pun Rupanya Disantet Juga

22 September 2014   03:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena kekuatan mistis bin magis dalam kehidupan sehari-hari di republik ini, rupanya masih teramat kental bagi sebagian besar warganya. Bisa jadi karena masih kuatnya akar budaya timur yang tidak lepas dari hal tersebut.

Misalnya saja seorang artis yang ingin terkenal, dan tampak memiliki aura kecantikan yang dapat menarik banyak fansnya, konon tidak sungkan-sungkan untuk memasang susuk di tubuhnya. Demikian pula bagi seorang pria yang sedang jatuh cinta terhadap lawan jenisnya, namun cintanya ditolak sang perempuan, maka pria itu pun meminta bantuan dukun agar sang kekasih kepelet, alias mau menerima cintanya.

Begitu juga seseorang yang ingin mendapat jabatan atawa pekerjaan. Seperti halnya para caleg menjelang Pemilu lalu. Banyak di antaranya meminta bantuan ‘orang pintar’, sebagaimana pernah diberitakan banyak media. Konon ada yang berendam di sungai yang dikenal ada ‘penunggunya’, atawa juga minta bantuan ‘pasukan jin’ agar di hari H para konsituen mencoblos gambar dirinya, terlepas dari suka atau tidak, dan sebagainya.

Tidak hanya agar disukai, atawa dicintai saja ternyata. Bahkan seseorang yang ingin kaya secara ‘mendadak’ alias instan, maka jalan pintas pun ditempuhnya dengan cara memelihara tuyul, atau bersekutu dengan siluman ular, gendruwo, buto ijo yang disebut dengan pesugihan.

Hebatnya lagi, apabila seseorang memiliki musuh, dan mungkin tidak berani untuk duel, sementara dendam-kesumat begitu membara di dalam hatinya, apa boleh buat, maka dia pun meminta bantuan dukun santet. Konon dengan cara santet ‘samber nyawa’, maka sang musuh pun dengan seketika terkapar tak bernyawa lagi  setelah beberapa saat dikirim santet seperti itu.

Nah, perkara santet-menyantet ini, belakangan ini KPK pun ternyata dikabarkan mendapat ‘kiriman’ benda-benda,yang katanya, serupa  ‘sesajen’. Kemungkinan besar untuk menyantet para personel antirasuah tersebut, supaya kasus korupsi yang menyangkut pelaku penyantetan itu, sedang diselidiki pihak KPK jadi mandeg, alias tidak berlanjut.

Bisa jadi juga penyantet itu keluarga koruptor yang tengah dijadikan tersangka, pikirnya dia, sudah gak dapat diajak damai, alias dikasih suap, ya apa boleh buat disantet saja sekalian.

Hanya saja, seperti yang dikatakan Juru Bicara KPK, Johan Budi, bahwa pihaknya senantiasa menyandarkan dan berserah diri kepada Tuhan.

Menarik, dan paling tidak patut direnungkan pernyataan Johan Budi tadi. Keyakinan, atawa dengan kata lain: Keimanan yang kuat, adalah senjata yang paling ampuh untuk menghadapi hal-hal yang berbau mistis dan magis seperti itu.

Sebagaimana halnya juga saat sidang gugatan Pilpres tempo hari, praktik mistis pun ada diberitakan berbagai media, bahwa sepasang pria dan wanita melakukan ritual mistis yang konon agar penggugat memenangkan gugatannya. Dan siapa tahu yang mulia para hakim MK berbelas kasih kepada mereka.

Tapi lagi-lagi tokh hasilnya nol besar. Dan kekuatan sihir pun tidak mempan meluluhkan hati yang mulia para hakim MK !!!

Bagaimanapun menurut ajaran Islam, dan pernah disampaikan guru ngaji saya, bahwa perbuatan santet, pesugihan, pelet, dan semacamnya dapat dikategorikan sihir, dan dalangnya tidak lain adalah setan durjana penggoda manusia.

Apalagi jika kekuatan nalar kita sudah di tingkat global, seperti sekarang ini, bahwa hal serupa itu merupakan sesuatu yang disebut takhayul, dan manusia lebih mulia dari setan, inshaallah kita tetap terjaga dari perbuatan sihir seperti itu.

Gitu aja koq repot... ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun