Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita ini Suami Tetanggapun Disikat Juga

30 September 2014   03:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:00 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Namanya, panggil saja Nur. Tapi kepada kenalan barunya selalu mengaku bernama Ros.Usianya 45-an. Dengan mantan suami tetangganya yang sekarang dinikahinya, merupakan  kali ketiga Nur naik pelaminan. Tapi di luar itu – maksudnya berhubungan dengan pria yang tidak sampai menikahinya, lumayan banyak juga. Dan rata-rata pria yang dipacarinya itu sudah berkeluarga. Bahkan ada yang sudah punya cucu juga.

Nur memang memiliki wajah yang lumayan menarik. Berkulit orientalis. Alias kuning langsat. Dan tidak seperti perempuan kampung kebanyakan yang kecoklat-coklatan, akibat sering disengat teriknya matahari. Bentuk tubuhnya mengingatkan orang pada potongan bodi bintang film era 80-an, Eva Arnaz. Sedangkan wajahnya hampir mirip dengan  seorang Julia Peres.

Sehari-harinya Nur selalu berpenampilan bak ABG masa kini. Celana jean ketat yang memamerkan bentuk pinggulnya, dipadu dengan T-shrit yang juga berukuran ketat. Untungnya saja karena suka bersepeda motor, maka atasannya itu dilapisi jaket. Hanya saja sembulan buah dadanya tetap tampak jelas. Dan membikin pria mata keranjang berkedip-kedip.

Hanya saja maaf. Seribu kali maaf. Lelaki  mata keranjang, atawa buaya darat sekalipun, kalau modal cekak, sekalipun punya wajah tampan, tidak bakalan membuat Nur memalingkan mukanya.Tapi biar tua-bangka, tak peduli punya anak-istri, yang penting isi dompetnya tebal. Apalagi bawa kendaraan roda empat, pasti akan disambut Nur dengan sukacita. Dan dilayani dengan penuh gelora asmara, tentu saja.

Tingkah-laku Nur selama ini menjadi bahan gunjingan kaum perempuan. Apalagi bagi yang sudah bersuami, banyak di antaranya yang merasa ketakutan. Jangan-jangan suaminya akan direbutnya. Sehingga dalam pergaulan  dengan orang satu kampung  Nur seringkali dikucilkan. Malahan jika kebetulanmereka melihat perempuan  itu, pandangan matanya selalu penuh kecurigaan. Dibarengi dengan cibiran, juga sindiran sinis.

Perlakukan tetangga satu kampung tampaknya sudah dirasakan Nur. Dirinya pun tidak nyaman lagi tinggal di dekat mereka. Maka berkat bantuan salah deorang teman prianya, Nur pindah ke rumah kontrakan di komplek perumahan di kota kecil yang tidak jauh dari kampung asalnya.

Baru satu bulan tinggal di komplek perumahan, tersiar kabar Nur telah menikah lagi. Tapi yang membuat orang kembali banyak menggunjingkannya, tak lain karena pria yang menikahinya tak lain adalah suami  tetangga rumah kontrakannya.

Konon mula-mula istri tetangganya itu sering memergoki suaminya masuk ke rumah Nur. Lalu secara diam-diam dia mengintipnya. Ternyata suaminya dengan Nur sedang melakukan hubungan layaknya suami-istri. Ketika dia melabraknya, justru malah dia sendiri yang diceraikan.  Dan tak lama Nur pun dinikahinya.

Sebetulnya ketika masih gadis sampai menikah dengan suaminya yang pertama, Nur seorang perempuan yang lugu, begitu setia kepada suaminya. Terlebih saat dikaruniai anak. Suami-istri itu meskipun tidak seperti pasangan Rama danSinta, boleh dibilang rumah tangganya cukup harmonis juga.

Sebagimana kebiasaan di kampung, pasangan ini menikah dalam usia yang masih muda. Ketika itu Nur berumur 16 tahun, sedangkan suaminya, Wowo 19-an. Seperti juga kebanyakan di kampungnya, para suami untuk menafkahi keluarganya biasanya pergi ke kota. Menjadi buruh kasar, atau berdagang. Tapi tidak dengan modal sendiri. Melainkan berdagang milik majikan yang memodalinya. Seperti suami Nur itu, Wowo berjualan kerupuk yang diambil dari majikannya yang memiliki pabrik.

Setiap pedagang kerupuk oleh majikannya disediakan pula masing-masing sebuah kamar kecil berupa bedeng yang berjejer di sekitar pabrik. Karena di kampung Nur masih tinggal bersama orang tuanya, maka oleh Wowo Nur diajak serta untuk ikut bersamanya di kota. Selain agar cepat bisa mandiri, paling tidak sehari-hari ada yang memasak dan mencuci pakaian suaminya.

Saat tinggal bersama di kamar bedeng itulah Nur tahu kalau Wowo ternyata berselingkuh dengan istri majikannya.  Dirinya menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Wowo  berhubungan badan dengan istri majikannya, sebagaimana biasa dilakukan dengan dirinya.

Saat itu pula Nur langsung pulang ke kampungnya seorang diri dengan membawa luka menganga dalam hati. Baru besoknya Wowo menyusul, serta langsung memohon maap atas kesalahannya. Dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.

Untuk membuktikan janjinya, Wowo pindah ke kota lain. Dan berdagang kerupuk pada majikan yang lain juga – tentu saja. Kali ini pun Nur tak lupa diajak-serta. Malahan di tempat yang baru Nur membuka warung nasi yang lumayan banyak langganannya. Sehingga lama-kelamaan, penghasilan Nur lebih besar dari pendapatan suaminya.

Mungkin karena sudah memiliki penghasilan sendiri,  setelah itu Nur jadi pandai mengurus diri sebagaimana perempuan kota. Seminggu sekali dia pergi ke salon. Lalu pergi shopping ke pusat perbelanjaan. Bahkan tak lama kemudian, Nur ikut klub senam. Sehingga pergaulannya pun kian luas. Sedangkan Wowo tak ambil pusing dengan keadaan Nur tersebut. Malahan tampaknya dia merasa bangga memiliki seorang istri yang cantik dan pandai mengurus diri, juga berpenampilan layaknya orang kota.

Bahkan Wowo pun tak ambil pusing, ketika majikannya meminta ditemani Nur bepergian untuk suatu keperluan. Tokh setiap pulangnya Nur selalu membawakan makanan kesukaan Wowo, dan Nur sendiri selalu mendapat uang tips dari majikan suaminya itu.

Beberapa bulan kemudian, barulah Wowo sadar. Nur telah berselingkuh dengan majikannya. Sebagaimana dahulu dirinya berselingkuh dengan istri majikan, sekarang pun ternyata malahan sebaliknya. Dan Wowo memergoki sendiri saat dirinya pulang jualan, dalam kamar bedeng dia melihat Nur sedang bergumul tanpa selembar benang pun di tubuhnya dengan majikannya.

Saat ditegur, Nur malah menjawab, “Dulu akang juga begini. Berselingkuh dengan istri majikan. Jadi artinya kita impas 1 – 1. Tapi kalau akang tidak suka, apa susahnya ceraikan saja saya sekarang juga.Karena terang saja, sejak peristiwa itu, sebetulnya saya menaruh dendam terhadap kelakuan akang.”

Mendengar pernyataan Nur, Wowo jadi mati kutu dibuatnya. Dan besoknya mereka pergi ke Pengadilan Agama, untuk bercerai, tentusaja.

Semenjak itulah Nur berubah tingkahnya. Apalagi karena majikan yang diselingkuhinya tidak mau mengawininya.

Ketika kembali ke kampung Nur bertemu dengan seorang sopir angkot yang sudah berkeluarga. Cukup lama keduanya menjalin hubungan gelap. Baru setelah terendus istri sopir angkot itu, hubungan keduanya pun bubar.

Tak lama kemudian Nur berkenalan dengan seeorang guru SD. Ngakunya sih duda. Saban tanggal muda, begitu royal orangnya. Hampir semua gaji yang diterimanya diserahkan pada Nur. Dengan guru SD ini Nur sampai merasa, bahwa sudah ketemu lagi dengan jodohnya. Dirinya siap untuk dinikahinya. Jadi istri seorang PNS bagi orang di kampung merupakan suatu kebanggaan. Biarpun nanti sudah tidak bekerja lagi, tokh akan mendapat pensiun.

Tapi mimpi Nur kandas ternyata. Suatu hari ada seorang perempuan berpakaian seragam guru bertamu ke rumahnya. Tamu itu menanyakan keberadaan suaminya, karena dari kabar yang didengarnya sering datang ke rumah Nur. Suami perempuan itu memang tak lain guru SD yang jadi pacar Nur selama ini.

Setelah kejadian itu,Nur tak sampai patah hati memang. Malahan dia yakin, tak lama lagi jodohnya bakalan segera datang.  Dan keyakinannya itu benar adanya. Suatu hari ke rumahnya datang seorang pria sebaya ayahnya. Lelaki itu mengaku seorang duda yang ditinggal mati. Pekerjaannya kepala sekolah di SD di kampungnya. Dan merupakan atasan mantan pacarnya. Dengan terus terang Kepala sekolah itu meminta Nur untuk mau dijadikan istrinya. Dan kalau Nur bersedia, dirinya sudah disiapkan sebuah rumah tinggal, sebuah sepeda motor matic yang memang diidamkan Nur selama ini. Ditambah lagi iming-iming kalau Nur merasa jenuh tinggal di rumah, mau berdagang misalnya, bapak kepsek itu siap untuk memodalinya. Maka tanpa berpikir lama, Nur menjawab ‘ya’. Beberapa hari kemudian keduanyapun  melangsungkan pernikahan secara sederhana.

Sebagaimana layaknya seorang kepala sekolah, sudah tentu banyak koleganya. Begitu juga dengan suami Nur kali ini. Apalagi beliau punya hobi mancing. Selain teman sejawat, rekan yang satu hobinya pun banyak pula dari berbagai kalangan. Nah, suatu hari libur, ketika pulang dari mancing di kolam, Pak Kepala Sekolah ini memergoki Nur sedang berasyik-masyuk dalam kamar dengan salah seorang koleganya.

Maka tanpa banyak cingcong lagi, Pak Kepala Sekolah mengusir Nur agar kembali ke rumah orang tuanya. Pakaian dan harta benda milik Nur, dilarang untuk dibawanya. Nur pulang ke rumah orang tuanya hanya dengan pakaian yang melekat di tubuhnya.

Meskipun demikian, tampaknya Nur tidak ambil pusing. Malahan dia seperti cuek saja.Sampai ahirnya kemudian, Nur dinikahi oleh suami tetangganya di komplek perumahan itu. ***

#Sebagaimana pengakuan Nur kepada penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun