Mohon tunggu...
Arso Sularso
Arso Sularso Mohon Tunggu... -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesona Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat PPL#1 : Bau Nyale

14 Februari 2014   08:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar 2 tahun yang lalu mimpi saya pergi ke Lombok bersama Ibu saya terwujud. Tanggal 12 Februari 2012 tepatnya saya menginjakkan kaki di Pulau Luar Jawa untuk pertama kalinya. Bersama ibu saya karena niat kami adalah silaturahim ke kakak tertua saya yang bekerja sebagai guru SD di Lombok. Alhamdulillah perjalanan selama 2 jam di udara lancar aman dengan penerbangan yang nyaman.

Saat itu hari munggu, pukul 15.00 saya sampai di Bandar Udara Internasional Lombok, yang saat itu belum lama diresmikan. Kakak saya sudah siap menjemput kami bersama suami dan kedua anaknya. Ibu terlihat senang bahagia bertemu kakak tertua saya, mereka saling berangkulan seperti lama tak berjumpa. Terakhir bertemu adalah Juli 2011 ketika kakak saya ke Jawa untuk mendaftarkan anaknya kuliah di Semarang.

Tak disangka dan tak dinyana, tanpa pengetahuan dan kesengajaan ternyata saya datang pada saat yang tepat. Saat Lombok merayakan upacara yang diselenggarakan hanya Sekali dalam setahun. Hari Senin, 13 Februari 2012 adalah puncak perayaan Bau Nyale. Beristirahat sebentar di rumah kakak, sekitar jam 9 malam kami berangkat sekeluarga menggunakan pick up milik kakak ipar saya bersama sopir pribadinya.

Apa itu Bau Nyale??

Bau Nyale adalah upacara adat tradisional suku Pajut di Lombok Tengah yang dikisahkan dari cerita rakyat Putri Mandalika Kisah lengkapnya dapat dilihat di sini. Intinya acara tersebut adalah menangkap Nyale (cacing warna-warni) agar kehidupan mereka diberkahi dan diberikan panjang umur.

Saya tidak akan bercerita banyak tentang Bau Nyale sendiri karena sudah banyak tulisan tentang itu. Saya akan bercerita bagaimana serunya perjalanan saya menuju tempat Bau Nyale itu. Malam itu pukul 9.00 kami berangkat dengan maksud jam 12 sampai di Pantai Seger Kuta, tempat Bau Nyale diselenggarakan. Mobil Pick Up yang kami naiki ini termasuk sudah berumur. Di tengah perjalanan kami yang sudah lengkap dengan perlengkapan di atas Pick Up tiba-tiba terhenti karena mesin mobil mati. Pak Supir mengecek mesin ternyata ada kabel yang terputus dan ada onderdil yang rusak. Sayang sekali Kakak ipar saya tidak membawa perlengkapan untuk mengganti onderdil yang rusak tersebut.

[caption id="attachment_295397" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana dalam truck Desa"][/caption]

Saat itu kondisi gelap gulita di tengah jalan yang sepi. Hanya bulan purnama yang terlihat di atas awan. Sesekali ada rombongan dari desa lain yang lewat menuju daerah yang sama. Sampai akhirnya ada rombongan desa sebelah menggunakan truck yang besar. Kakak ipar saya akhirnya menaikkan kami ke truck tersebut dan membawa mobil pick up nya untuk ditiipkan ke rumah warga di sekitar tempat itu. Seru di dalam truck mereka menyambut kami dengan baik meskipun kami tidak saling mengenal.

Tiba di pantai kami segera menggelar tikar untuk alas tidur kami. Begitu juga ibu saya yang sudah berumur 60 tahun ikut tidur di ruang terbuka sambil menatap rembulan dan bintang di awan gelap. Kami tidak takut masuk angin malahan senang luar biasa karena bisa merasakan suasana malam yang rame dengan pesta rakyat dan warga berhamburan di pantai menunggu waktu Subuh.

[caption id="attachment_295398" align="aligncenter" width="300" caption="Sunrise pantai Seger Kuta"]

13923406312053234813
13923406312053234813
[/caption]

Waktu subuh tiba saatnya mencari Nyale. Ya Nyale biasanya muncul di pagi hari menjelang matahari terbit. Masayarakat berduyun-duyun pergi ke bibir pantai untuk mencari Nyale. Ada yang dapat banyak ada pula yang hanya mendapat segenggam tangan termasuk seperti saya ini. Nyale ini munculnya juga aneh hanya seminggu dalam setahun. Makanya warga mengira Nyale atau cacing ini adalah keturunan dari Putri Mandalika yang diwariskan kepada masyarakat Lombok untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka. Bagaimana tidak sejahtera dengan acara ini Lombok menjadi semakin terkenal di mata para wisatawan baik lokal maupun asing.

[caption id="attachment_295399" align="aligncenter" width="300" caption="Pasukan Pemburu Nyale"]

13923406721376989661
13923406721376989661
[/caption]

[caption id="attachment_295400" align="aligncenter" width="300" caption="Penampakan Nyale Hijau dan Kuning"]

13923407241816890277
13923407241816890277
[/caption]

[caption id="attachment_295402" align="aligncenter" width="300" caption="Nyale Buanyak"]

13923408302080517217
13923408302080517217
[/caption]

Selesai mencari Nyale kami pulang bersama rombongan semalam. Sangat meriah sekali kondisi jalanan, rame macet beribu-ribu orang memadati jalanan. Pemandangan yang luar biasah, pesta rakyat yang sangat meriah memberikan pesona Lombok semakin wah bagi para wisatawan. Nyale yang kami cari akhirnya kami masak di rumah dan dijadikan makanan yang hmmm lumayan lezat bagi yang doyan.. hehehhe.. ini hari pertama saya di Lombok…

Hari Kedua?? ……. J #bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun