Bangunan rumah pegawai ini terletak dijalan Jenderal Ahmad Yani – Banda Aceh, diapit oleh Krueng Aceh dan pasar Peunayong serta Kodam. Menurut pemiliknya, rumah tersebut berdiri sejak pertengahan abad ke 19 namun pemilik tidak tahu dengan jelas kapan berdirinya. Rumah pegawai ini bukanlah sebuah rumah tunggal namun dapat dikatakan sebagai sebuah kompleks yang terdiri dari 5 bangunan rumah dengan 2 rumah saling berdempetan, 2 rumah berdempetan dan sebuah rumah tunggal yang tergabung dalam dusun Gajah Putih. Awalnya bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal ( kompleks ) pegawai Belanda, namun kini telah mengalami perubahan bentuk dan juga fungsinya. Adapun beberapa fungsi baru tersebut ialah : -2 rumah lainnya telah berubah fungsi menjadi hotel Prapat dan hotel Medan. -Sedangkan 1 rumah lainnya telah rata dengan tanah digantikan dengan rumah panggung yang dihuni oleh pedagang Peunayong. Tepat disamping kiri kanan rumah panggung itu, masih berdiri bangunan dengan masing-masing satu rumah, satu diantaranya telah ditinggal penghuni dan telah dijual untuk pembangunan hotel. Sedangkan 1 lainnya sedang dalam masa penjualan, meskipun pemerintah setempat telah menetapkan tempat ini sebagai tempat kuno bersejarah yang harus dilestarikan. Rumah yang telah ditetapkan sebagai world heritage itu, pada awalnya adalah milik Z. A. Ibrahim dan kini diwariskan pada anaknya Basri. Berdasarkan keterangan dari pemilik rumah, hingga saat ini telah terjadi beberapa perubahan, perbaikan, dan penambahan, diantaranya : -Perubahan pada bagian depan bangunan -Penambahan pada bagian belakang bangunan Perubahan pada bagian depan bangunan Pada bagian depan bangunan, dahulu berupa teras tanpa dinding, kini dialihkan menjadi ruang tamu dengan dinding sebagai pelindung. Perubahan pada bagian belakang bangunan Pada bagian belakang, barisan daun jendela yang berjumlah 8 kini tersisa 6 dengan 2 diantaranya dibuatkan pintu dengan penambahan kamar mandi dibelakangnya. Pada mulanya setiap rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 gudang ukuran 1 x 3 m, dan teras dengan luasan 3 x 8 m. Namun, kini telah dialihfungsikan menjadi, 3 kamar tidur (1 diantaranya didapat dari pengalihfungsian gudang), ruang keluarga (dahulu ruang tamu), dapur, dan ruang tamu (yang sebelumnya merupakan teras). Bangunan ini merupakan bangunan yang berasal dari masa kejayaan kolonial Belanda Sebagai bukti bahwa bangunan ini merupakan sebuah bangunan yang mencapai usia lebih dari setengah abad, dapat terlihat jelas pada fasad dan model struktur bangunan ini, pintu, kisi – kisi, jendela. Pintu pada bangunan ini berukuran besar dengan terdapat kisi – kisi, kisi-kisi tersebut  dapat dibuka tutup dengan sekali gerakan melalui sebuah alat yang mirip seperti katrol. Terdapat juga jendela panjang namun ramping yang memiliki kisi-kisi yang berguna untuk memasukkan angin serta merupakan model jendela paling populer pada saat itu. Pada bagian depan bangunan terdapat sebuah kotak surat ( kotak pos ) yang amat jarang ditemui saat ini, padahal dulu menjadi salah satu sarana paling penting untuk berbagi informasi. Struktur pondasi yang cukup kuat dengan pengikatan antar material dengan cara dilubangi dan diisi. Tiang pada bagunan ini menggunakan balok-balok kayu dengan dindingnya menggunakan papan-papan kayu, serta terdapat penguatan dengan balok-balok diantara tiang-tiang vertikal pada bangunan tersebut. Langit-langit ( Plafon ) yang mengikuti bentuk atap sehingga terlihat bahwa bentuk plafonnya tidak datar seperti plafon saat ini dengan papan sebagai materialnya. Bentuk atap yang menyerupai rumah joglo, dan ventilasi berupa kawat dengan bentukan bulat, salah satu jenis ventilasi paling sering digunakan pada saat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H