Jumlah mahasiswa baru di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) melaporkan sebanyak 313.453 peserta diterima melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN pada tahun 2022. Sedangkan pada tahun 2023, total jumlah mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SNBP dan SNBT adalah 367.022 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah mahasiswa baru sebesar 16,77%. Para mahasiswa baru akan mulai beradaptasi dengan lingkungan dan berbagai kegiatan perkuliahan di semester pertama. Mulai dari lingkungan tempat tinggal baru (bagi mahasiswa perantau), tugas dari  mata kuliah yang didapat, organisasi intra kampus maupun ekstra kampus, berbagai kepanitiaan, serta banyak hal yang lain.
     Seiring bertambahnya semester, tugas dan beban studi yang didapat akan semakin meningkat. Selain dalam akademik, mahasiswa juga dapat mengikuti berbagai perlombaan, pengabdian masyarakat, organisasi atau kepanitiaan, serta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Selain jumlah kesibukan dalam perkuliahan yang memadat, terdapat beberapa mahasiswa yang melaksanakan perkuliahan dengan bekerja. Hal ini dilakukan karena untuk mencukupi kebutuhan finansial, seperti untuk pembayaran UKT, menambah uang saku, atau untuk tambahan dalam tabungan. Terdapat pula beberapa beasiswa yang dapat diikuti para mahasiswa untuk mencukupi kebutuhan finansial.
     Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan, tak sedikit mahasiswa yang merasa kesulitan dalam mengatur waktu atau mengalami suatu kendala dalam menjalankan kegiatannya. Seperti banyak tugas mata kuliah yang ditunda pengerjaannya, tugas organisasi yang menumpuk hingga sering mengalami sakit pada lambung atau maag karena pola makan yang tidak teratur. Namun, terdapat beberapa mahasiswa yang kurang mampu untuk mengatasi masalah dan mengontrol emosi  sehingga memiliki kemungkinan muncul keinginan bunuh diri untuk mengakhiri semua masalah dan penderitaan yang dialaminya.
     Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri, ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Banyak kasus ditemukan di kalangan mahasiswa disebabkan ekonomi yang rendah. Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya 900 kasus.
   Alasan bunuh diri pada mahasiswa bermacam-macam, mulai dari:
1. Masalah kesehatan mental: Gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan tinggi, gangguan suasana hati serta kurangnya kemampuan mengatasi masalah.
2. Masalah akademik:Â Konflik dengan dosen, merasa tidak mampu menyelesaikan tugas, masalah finansial, dan ketidakmampuan memilih jurusan yang sesuai.
3. Ketidakseimbangan:Â Padatnya jadwal kuliah, tugas, dan kegiatan organisasi atau kepanitiaan atau UKM.
4. Masalah keluarga:Â Kurangnya dukungan dari keluarga, tertekan dengan harapan orang tua untuk berhasil dalam studi serta merasa menjadi beban ekonomi dalam keluarga.
5. Hubungan sosial: Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan, kurangnya sosialisasi sehingga kurang mendapat dukungan dari teman.Â
   Cara mencegah tindakan bunuh diri pada mahasiswa:Â
1. Meningkatkan keimanan dan ibadah.Â
2. Berbicara dengan seseorang. Cari bantuan dan dukungan dengan menceritakan perasaan terhadap suatu hal pada orang terdekat, teman, atau anggota keluarga.Â
3. Â Melibatkan diri dalam aktivitas positif. Mencari kegiatan yang memberikan kepuasan atau kebahagiaan. Bisa berupa menonton film, olahraga, seni, bepergian, atau menghabiskan waktu dengan orang terdekat.Â
4. Â Melatih mindfulness dan relaksasi. Praktik mindfulness, meditasi, atau yoga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mental.Â
5. Mengikuti seminar atau lokakarya tentang kesejahteraan mental.Â
   Peran kampus dalam mencegah bunuh diri pada mahasiswa:
1. Menyediakan pusat layanan kesehatan mental yang mudah diakses oleh mahasiswa. Konseling dan terapi dapat membantu mengatasi stres.
2. Â Mengadakan seminar tentang kesejahteraan mental, cara untuk mengatasi stres, dan sebagainya.Â
3. Â Menciptakan iklim akademik yang humanis. Semua pihak di kampus harus berkomitmen menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental.Â
   Menurut saya, kita perlu memahami bahwa perubahan sosial dimulai dari perubahan individu. Mengenali tanda-tanda peringatan seperti perubahan suasana hati yang ekstrem, perasaan putus asa, dan penarikan diri dari teman dan keluarga. Dengan mengedepankan kerjasama antara pihak kampus, dosen, dan mahasiswa, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan peduli terhadap kesejahteraan mental mahasiswa. Selain itu, kita juga dapat mengurangi dan mencegah kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa.
 Sumber:
Annur, Cindy Mutia. (2022, 23 Juni). Sebanyak 192.810 Peserta Lolos SBMPTN 2022, Mayoritas dari Saintek. Diakses pada 31 Mei 2024 pukul 12:27, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/23/sebanyak-192810-peserta-lolos-sbmptn-2022-mayoritas-dari-saintek#:~:text=Tercatat%2C%20terdapat%20total%20800.852%20peserta,23%2F6%2F2022.
Idham, Azmul Fuady, M. Arief Sumantri, Puji Rahayu. (2019). IDE DAN UPAYA BUNUH DIRI PADA MAHASISWA. p-ISSN 2086-0803, e-ISSN 2541-2965, hal. 182Â
Imami Teguh. (2024, 22 Januari). Resolusi Menurunkan Angka Bunuh Diri. Diakses pada 31 Mei 2024 pukul 03:15, dari https://news.detik.com/kolom/d-7154340/resolusi-menurunkan-angka-bunuh-diri
Nuramdani, Muhamad. (2021, 13 Agustus). 10 Cara Mencegah Bunuh Diri yang Menyelamatkan Orang dari Kematian!. Diakses pada 31 Mei 2024 pukul 12:57, dari https://doktersehat.com/psikologi/kesehatan-mental/cara-mencegah-bunuh-diri/$Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H