Mohon tunggu...
SEPUTAR INDONESIA
SEPUTAR INDONESIA Mohon Tunggu... Editor - Semua Untuk Indonesia

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teruslah Membangun Selayar, Walau Badai Kritik dan Isu Tak Beretika Terus Menerjang

20 September 2011   21:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:47 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukan sebuah puing  dari sebuah bangunan yang kini ada di depan mata  masyarakat Selayar

Dan bukanlah sebuah janji bila kemudian, Waktu telah tiba dan memaksa  diri untuk pasrah

Atau terpaksa ingkar karena kemampuan dan kesempatan.

Tidak  ada  kalimat indah,  bila  tatapan mata kemudian nampak  lurus ke depan , terkesan kosong dan hampa.

Memang bukan saat yang tepat untuk belajar,  namun apa yang saat ini berlangsung, adalah sebuah pelajaran

Bukan merupakan pembelajaran, karena memang semuanya telah menjadi hapalan bagi mereka yang berniat

Untuk menghentikan , Untuk  Menahan  dan  Malah Menghasut  Untuk   Membatalkan  Legitimasi Negara,

Karena Keraguan Akan Kepentingan Dan Perkongsian Kejahatan Demi Kantong Dan Halalnya Haramnya Reseki,

Bukan sebuah kebenaran yang menjadi tolak ukur, walaupun sebenarnya kebenaran yang menjadi tolak ukur telah terlaksana sebelum di teorikan.

Bila semuanya berteriak akan kemudaratan dan me niatkan  kematian Sang Rasulullah SAW  Saat Islam mulai menjadi Agama Manusia Di Tanah haram,

Berdasar kebencian dan kedengkian serta iri hati ,  Dalam Niat membunuh kini Bercampur gemuruh  kebenaran,

Ditengah Cerca , Lontaran Kalimat Hina yang di tujukan kepada mereka yang berniat ikhlas demi kebaikan bersama ,

Membuat air mendidih itu menjadi beku, dan   membuat besi itu menjadi cair, bila kemudian fitnah telah berselubung, menjadi pengganti bau mulut sang pembohong.

Kini semua terbelalak saat semuanya ternyata menjadi nyata.

Hujan , badai, kritikan, dan tudingan , bukan menjadi penghalang untuk membangun Tanadoang Selayar



SYIAR bukan memberi nilai, namun bukan juga untuk di nilai.

SYIAR adalah niat dan rencana  dalam satu kata

MARI MEMBANGUN SELAYAR DENGAN NILAI NILAI RELIGIUS.


Arsil Ihsan 
September 10 Hari Lagi  Setahun Lamanya  SYIAR Menjadi Nakhoda Tanadoang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun