Bukan sebuah puing  dari sebuah bangunan yang kini ada di depan mata  masyarakat Selayar
Dan bukanlah sebuah janji bila kemudian, Waktu telah tiba dan memaksa  diri untuk pasrah
Atau terpaksa ingkar karena kemampuan dan kesempatan.
Tidak  ada  kalimat indah,  bila  tatapan mata kemudian nampak  lurus ke depan , terkesan kosong dan hampa.
Memang bukan saat yang tepat untuk belajar, Â namun apa yang saat ini berlangsung, adalah sebuah pelajaran
Bukan merupakan pembelajaran, karena memang semuanya telah menjadi hapalan bagi mereka yang berniat
Untuk menghentikan , Untuk  Menahan  dan  Malah Menghasut  Untuk  Membatalkan  Legitimasi Negara,
Karena Keraguan Akan Kepentingan Dan Perkongsian Kejahatan Demi Kantong Dan Halalnya Haramnya Reseki,
Bukan sebuah kebenaran yang menjadi tolak ukur, walaupun sebenarnya kebenaran yang menjadi tolak ukur telah terlaksana sebelum di teorikan.
Bila semuanya berteriak akan kemudaratan dan me niatkan  kematian Sang Rasulullah SAW  Saat Islam mulai menjadi Agama Manusia Di Tanah haram,
Berdasar kebencian dan kedengkian serta iri hati ,  Dalam Niat membunuh kini Bercampur gemuruh  kebenaran,
Ditengah Cerca , Lontaran Kalimat Hina yang di tujukan kepada mereka yang berniat ikhlas demi kebaikan bersama ,
Membuat air mendidih itu menjadi beku, dan  membuat besi itu menjadi cair, bila kemudian fitnah telah berselubung, menjadi pengganti bau mulut sang pembohong.
Kini semua terbelalak saat semuanya ternyata menjadi nyata.
Hujan , badai, kritikan, dan tudingan , bukan menjadi penghalang untuk membangun Tanadoang Selayar
SYIAR bukan memberi nilai, namun bukan juga untuk di nilai.
SYIAR adalah niat dan rencana  dalam satu kata
MARI MEMBANGUN SELAYAR DENGAN NILAI NILAI RELIGIUS.
Arsil IhsanÂ
September 10 Hari Lagi  Setahun Lamanya  SYIAR Menjadi Nakhoda Tanadoang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H