Mohon tunggu...
ARSIANA MARIA FUN
ARSIANA MARIA FUN Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Staf

Hobi: Main gitar dan bernyanyi,Menulis dan membaca,Memasak dan makan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bagaimana Menerima Perbedaan

7 Juni 2024   18:14 Diperbarui: 9 Juni 2024   17:37 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kilas Parodi

Oleh : Arsiana Maria Fun

Bagaimana Menerima

Perbedaan

1.Menurut pergalaman saya, seseorang harus memilika Jiwa dan hati "besar". Memiliki jam terbang tinggi menghadapi banyak ketidaksetujuan

2. Anda harus berani memutuskan belenggu berpikir picik. Coba Anda menempatkan diri di posisi mereka yang tidak setuju dengan Anda, Anda pasti tak akan mudah tersinggung.

Contoh: waktu saya menjadi salah satu juri lomba lagu Mandarin di salah satu stasiun teve, soseorang mengirimkan surat elektronik kepada saya, mengatai saya secara garis besar begini:

"Muka lo aja baret-baret, masih bisa menghina penampilan orang."

Saya sama sekali tak tersinggung, karena pertama, kulit saya menang baret-baret dan itu sudah sejak lama menjadi bagian hidup saya. Dia cuma bilang baret, teman saya malah mengatai kulit wajah saya seperti kulit durian. Menghina? Saya tak menghina itu menurut saya, tetapi tidak menurut si pengirim surat. Di sini saya merasa kami memiliki perbedaan. Yaa.... tak masalah.

3. Pikirkan bahwa perbedaan itu menyenangkan. Ada Borobudur, ada patung Liberty dan Menara Eiffel. Bayangkan kalau ke mana Anda pergi, di mana-mana ada patung Liberty. Bahwa Anda mengatakan patung Liberty jelek, itu hak Anda. Dan Amerika toh tetap tak akan menggubris Anda. Itu hak Amerika dan semoga Amerika menghormati hak Anda dengan mengatakan patung Liberty enggak oke.

4. Setelah saya pikir lagi, protes itu sepertinya bukan hal menusuk kalbu. Protes merupakan hasil yang diungkapkan seseorang dari perbedaan pendapat, persepsi, atau perbedaan penilaian. Jadi, yang membuat kata protes seperti menusuk kalbu, karena acapkali protes diungkapkan dengan emosional, amarah, tulisan surat yang menggunakan kata kasar, dan suara tinggi dengan mimik wajah seperti hendak menelan musuh.

Kalau perbedaan itu ternyata indah, maka protes harusnya indah. Bisa jadi yang tak membuat indah adalah cara seseorang mengekspresikan protes itu.

Jadi,sekarang saya tahu,bukan protesnya yang salah.Yang mengungkapkan protes yang seyoginya harus santun."Wah.....kalau santun enggak proteslah bro",kata teman saya. Dalam hati saya berpikir,yang bilang protes itu sama dengan atau harus tak santun iu siapa?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun