"Tapi aku tak mau membunuhmu", ujar Cao.
"Bila kamu tak segera membunuhku, aku akan melakukan seribu alasan agar kau mau melakukannya," kata Chen.
Cao tetap sabar. Ia masih berharap sang sahabat memaafkannya dan kembali bersama. Tapi nampaknya Chen tetap berkeras.
Cao lalu membawa sahabatnya itu ke sebuah bukit dimana dahulu mereka pernah singgah dan bercerita tentang cita-cita masing-masing.
"Dengar," pinta Cao, "Seumur hidupku aku tidak pernah memohon pada siapapun. Namun kali ini aku meminta kepadamu agar jangan biarkan aku membunuhmu."
"Tidak, Kawan," jawab Chen. "Aku yang menginginkannya, bukan dirimu. Lakukanlah dan jangan merasa bersalah."
Cao menyerah. Ia kemudian memalingkan muka ketika algojo menyabetkan pedang ke leher Chen. Pandangannya nanar.
"Tuan, Anda menangis," kata seorang jendral yang mendampinginya.
"Siapa bilang? Aku tak pernah menangis sumur hidupku," ujar penguasa yang pernah memerintahkan untuk membumihanguskan 5 kota dan membunuh seluruh penduduknya itu dengan marah.
Tapi kemudian dia tertegun. Matanya memerah basah.