Mohon tunggu...
Eric AuliaArsand
Eric AuliaArsand Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

NIM : 46122110027 Mata Kuliah : Kewirausahaan I Dosen : Prof. Dr. Apollo, Ak., M.Si. Program Studi S1 Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Epithumia, Thumos dan Logistikon Dalam Perilaku Enterpreneur

12 April 2023   10:54 Diperbarui: 12 April 2023   10:57 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang enterpreneur dituntut untuk menjadi seorang teladan serta menjadi handal dalam memimpin usahanya. Sebab pemimpin yang handal akan dapat menjalankan usahanya dengan baik dan berlangsung lama. Selain itu seorang enterpreneur dituntut juga untuk dapat mengendalikan diri dan memiliki pribadi yang baik. Oleh sebab itu , seorang filsuf yang tekenal pada masa Yunani kumo bernama Plato  mengajarkan beberapa hal untuk menjadi pribadi yang baik dengan tiga ideologinya yaitu epithumia, tumos dan logistikon. Dengan ketiga ini seseorang dapat menggunakan akal budinya dan pikirannya dalam hidupnya, sebab dengan menggunakan pikiran yang baik seorang manusia dapat membawa dirinya masuk ke dalam sebuah kebahagiaan serta mencapai segala misi dan visi yang ingin dituju, termasuk dalam hal ini adalah seorang enterpreneur yang sudah pasti memiliki visi dan misi dalam memimpin perusahaannya. Untuk dapat menjalankannya seorang enterpreneur harus memiliki kepribadian yang tangguh serta menggunakan akal budi dan pikirannya dalam memimpin usahanya.  Tanpa adanya akal budi dan pikiran yang baik, seseorang enterpreneur memiliki potensi gagal dalam memimpin. Maka, seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang baik karena, kepribadian yang baik dan tangguh yang dimiliki oleh seorang enterpreneur, dapat menentukan sukses atau tidaknya menjalankan usahanya. 

Pertama-tama agar lebih mudah dimengerti,  Mari kita bahas mengenai ketiga ideologi Plato tersebut di bawah ini:

Epithumia adalah sumber yang terdapat dalam diri manusia untuk nafsu-nafsu seperti nafsu makan, minum, seksual serta mendapatkan kekayaan. Menurut Plato epithumia ini terletak dalam tubuh manusia di bagian dada ke bawah. Dengan adanya nafsu-nafsu primitif ini dan sulit untuk tunduk pada rasio, manusia akan selalu mengupayakan sesuatu untuk memenuhi segala nafsu tersebut dengan cara berburu untuk manusia purba, sedangkan manusia modern saat ini adalah dengan cara bekerja atau membuat sebuah usaha untuk mendapatkan uang. Hal ini akan memenuhi nafsu makannya serta nafsu untuk mendapat kekayaan bahkan pengakuan dalam masyarakat apabila orang tersebut memiliki jabatan atau posisi yang tinggi dalam sebuah perusahaan. Dengan ini, keberlangsungan hidup manusia akan terjamin sebab kebutuhan primer yaitu makan dan minum akan terpenuhi sebab dengan usaha mendapatkan uang manusia dapat membeli makanan dan minuman sesuai dengan kebutuhannya, serta hal ini akan berlangsung terus-menerus tanpa henti, tanpa batas serta tidak ada kepuasan di dalamnya,

Thumos adalah bagian jiwa yang baik tetapi kalau tidak diarahkan oleh akal maka akan menjadi sebuah perilaku atau tindakan yang irasional. Di sinilah terletak mengenai harga diri, ingin dihormati dll. Dalam thumos ini terdapat juga semangat, motivasi, invoasi, afektivitas juga. Thumos adalah tempat keberanian muncul, dan merangsang jiwa manusia saat melihat sesuatu yang mengecewakan, sehingga muncullah sikap memberontak/melawan sesuatu yang mengecewakan itu (Conterius, 2021).  Seorang manusia yang disetir oleh thumos berlebihan cenderung menjadi seorang yang fanatik terhadap sesuatu hal seperti agama, tim sepak bola dll.  Tetapi Seseorang yang memiliki thumos dan menggunakan akalnya dapat menjadi seseorang yang memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dan kepribadian yang tangguh sebab tidak mudah menyerah dengan keadaan serta terhadap tantangan-tantangan yang dia hadapi. 

Logistikon adalah hasrat yang mengendalikan kedua hasrat sebelumnya yaitu epithumia dan thumos . Maka yang ideal menurut Plato adalah manusia yang jiwanya tertata baik, terkoordinasi untuk melayani rasio atau akal budi (Conterius, 2021).  Dalam hal ini logistikon atau logika merupakan aspek yang paling penting. Sebab seperti yang dikatakan oleh Conterius bahwa dengan logika seseorang dapat mengontrol epithumia dan thumos dengan lihai agar dapat dijalankan dengan seimbang dan bersama-sama untuk dapat mencapai tujuan. Menurut Plato, logistikon ini terletak di bagian tubuh manusia paling atas yaitu kepala. Maka, dengan adanya logistikon inilah seseorang perlu menggunakan pikiran logisnya untuk mengarahkan dirinya kepada kebaikan, sebab epithumia dan thumos ini apabila tidak dikontrol dengan logistikon dengan baik, maka orang tersebut hanya akan mengikuti hasrat-hasrat pribadinya yang justru dapat menghancurkan dirinya sendiri.

Plato menjelaskan bahwa ketiga konsep-konsep ketiganya yaitu epithumia, thumos dan logistikon merupakan hal-hal yang dapat membuat seseorang berbahagia apabila memahami cara menyeimbangkannya. Dari ketiganya tersebut logika merupakan hal yang paling utama dalam hal ini sebab apabila seseorang hanya mengandalkan epithumia dan thumos maka seseorang tersebut hanya hidup berdasarkan hasrat-hasrat dan nafsunya yang dapat merusak dirinya sendiri. Meskipun unsur-unsur tersebut merupakan berasal dari filsuf Yunani kuno yaitu plato, tetapi. ketiga unsur ini tetaplah masih relevan dan dapat diaplikasikan di masa sekarang ini. Plato mengajak kita untuk berperilaku untuk menjadi seseorang dengan budi pekerti yang tinggi. Sebab dengan memahami serta mengendalikan hasrat-hasrat kita, kita dapat mencapai apa itu yang disebut pencapaian manusia untuk menjadi seorang yang bahagia untuk diri sendiri maupun orang lain.

Unsur-unsur yang disampaikan Plato ini pun dapat kita kembangkan lebih lanjut lagi dan dapat dilakukan di dalam sebuah kewirausahaan sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin tidak boleh menggunakan hanya nafsu-nafsu atau hasratnya saja dalam mengelola sebuah perusahaan, tetapi seorang pemimpin tersebut harus bisa berpikir secara logis dalam membentuk pribadi yang tangguh dan kuat untuk menjadi pemimpin. Sebab memimpin sebuah usaha merupakan hal yang tidak mudah , bahkan banyak sekali tantangan-tantangan yang harus dihapadi oleh seorang enterpreneur.  Seorang enterpreuner atau pengusaha dituntut untuk mampu dalam menganalisis masalah, meneliti akibat dan memikirkan strategi dalam menjalankan usahanya. 

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana ketiga unsur tersebut yaitu epithuma, thumos dan logitikon yang merupakan ajaran Plato pada zaman Yunani kuno ini dapat kita aplikasikan dalam sebuah usaha masa kini, apakah ajaran-ajaran tersebut sudah termasuk ajaran kuno yang seharusnya sulit untuk diaplikasikan di masa kini?. Hal ini tentu saja tidak, filsafat adalah sebuah ilmu yang berkembang dan tidak ada habisnya. Meskipun ideologi ini merupakan ideologi kuno, berikut adalah penjelasannya apabila ketiga unseur tersebut diaplikasikan kepada enterpreneurship di masa sekarang:

Dengan mengenal tipikal epithumia ini, kita sebenarnya dapat aplikasikan di dalam bisnis. Sebab epithumia inilah yang mendorong orang untuk terus memenuhi hasrat nafsunya secara terus-menerus dan tidak ada kepuasan di dalamnya. Dalam berwirausaha, seorang pengusaha tidak dianjurkan untuk langsung merasa puas akan performa atau pencapaian yang telah dicapainya dalam mendapatkan keuntungan. Tetapi seorang pengusaha harus selalu berinovasi dan memiliki motivasi diri untuk selalu mencari keuntungan lebih dari yang telah didapatnya dengan cara mengembahngkan usahanya lebih baik lagi. Dengan invoasi ini tidak hanya pengusaha yang diuntungkan tetapi juga para pekerjanya. Dalam kasus berbisnis, nafsu atau hasrat mendapatkan keuntungan lebih sangat dibutuhkan untuk memotivasi dalam berpikir inovatif untuk memajukan perusahaannya. 

Dalam berbisnis, seseorang pengusaha baiknya memiliki thumos dengan disetir juga oleh akal budiya. Thumos ini terletak pada tubuh manusia di bagian leher dan dada. Thumos inilah yang juga menjadikan seorang untuk tidak menyerah dalam menghadapi tantangan-tantangan dan keadaan yang tidak menguntungkan. Menurut Plato thumos adalah tempat keberanian yang mengarahkan manusia untuk tidak menyerah pada takdir dan tidak pasrah dalam menjalani hidup (Haryadi, 2023).  Oleh sebab itu, dalam sebuah usaha seorang pemimpin dituntut untuk tidak menyerah ketika menghadapi tantangan yang dihadapi dalam sebuah perusahaan. Tantangan-tantangan tersebut dapat berupa kompetisi dengan kompetitor, kenaikan harga, kondisi ekonomi global yang buruk misalkan disebab oleh pandemi yang menyebabkan penjualan menurun dll. Seorang pengusaha harus dapat berinovasi ketika hal-hal tersebut terjadi serta memiliki beberapa strategi untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam usahanya. Sebab penurunan penjualan sudah pasti dapat menurunkan mental diri sendiri maupun para pekerja  yang berkerja di dalamnya. Dengan thumos ini, seorang pengusaha tidak mudah menyerah pada keadaan dan tidak pasrah begitu saja, melainkan handal dalam menghadapi segala keadaan yang terjadi pada situasi-situasi yang kurang menguntungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun