Baduy Minta Ditutup karena Pengunjung Buang Sampah Sembarangan (kompas.com)
Dua Artikel Kontradiktif Tentang Sampah, Rabu, 8 Juli 2020
Pembelajaran Bagi Orang Kota "Yang Mengaku dan Menganggap Dirinya Modern, Berbudaya dan Bermoral Serta Beragama", Ternyata Harus Banyak Belajar Kepada Saudara Kita "Yang Kita Anggap Primitif" dan "Tidak Modern".
Nanti Akan Ada Masanya, "Orang Baduy Melakukan Kunjungan Wisata" ke TPA Bantargebang, Burangkeng, Sumurbatu dan TPA Cipeucang.
Mereka Tidak Membawa Bekal Apapun, Tidak Membawa Minuman Kotak, Minuman Botol Plastis dan Makanan Kemasan Plastik.
Mereka Bahkan Tidak Memakai Alas Kaki, Hanya Membawa Kantong / Tas dari Anyaman Daun Mendong Berisi Makanan / Bekal "Semacam Growol" (Bekal Anak2 Pesantren Jaman Kemerdekaan).
Mereka Pasti Akan Terheran Heran Melihat "Gunungan Sampah Orang Modern, Sampah Orang Milenial" Ditambah Adanya Monumen / Prasasti Peninggalan Situs Orang Modern yaitu : PLTSa Merah Putih.
Orang Baduy Juga Bertanya Tanya, Bukankah Di "Kahyangan" (Maksudnya PUSPIPTEK Serpong), Banyak Orang Cerdik Pandai, Sekolahnya Tinggi Tinggi, Titelnya Berderet Deret, Tapi Sampahnya Kok Cuma Ditumpuk Tumpuk.
Akhirnya Orang Baduy Menyurati Kembali Kepada Presiden Jokowi:
Presiden Jokowi, Kami Suku Baduy Tidak Mau Dijadikan Destinasi Wisata, Takut Kampung Kami Menjadi Tercemar Sampah Orang Modern, Biarlah Kami Orang Baduy Yang Berwisata ke TPA Bantargebang, Burangkeng dan Sumurbatu.
Presiden Jokowi, Bukankah Di Bandung Ada Seorang Yang Mempunyai Inovasi - Teknologi Mengolah Sampah Kota Dengan :
*WASTE TUNNEL KILN INCINERATOR*
Kenapa "Inovasi Anak Bangsa Indonesia" Tersebut Tidak Dipakai untuk "Menyelesaikan Darurat Sampah Diseluruh Indonesia"?
Tertanda / Cap Jempol Tangan Baduy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H