Menonton film menjadi sarana melepaskan penat disaat melewati hari-hari yang sibuk. Tidak hanya menghibur film juga bisa menjadi sarana untuk menambah wawasan atau bahkan meningkatkan daya imajinasi seseorang. Dari film juga kita bisa mendapatkan pandangan baru tehadap suatu di sekitar kita.
Setiap film disusun sedemikian rupa agar pesannya dapat diterima oleh penonton dan ceritanya juga dapat dinikmati oleh khalayak ramai. Tak jarang sebuah film diberi sentuhan premis-premis komedi hingga konflik-konflik yang membumbui sebuah film agar film tersebut menjadi lebih menarik dan layak untuk ditonton.
Dalam Film The Hate U Give (2018) karya George Tillman Jr. mengangkat isu rasisme yang terjadi di Negara Amerika, dimana isu rasial disana menjadi hal yang marak terjadi.
Dalam Film Crazy Rich Asia (2018) karya John M. Chu ini mengangkat isu rasisme yang terjadi pada Etnis orang asia. Dimana pengelompokkan itu sering terjadi di kalangan masyarakat asia.
Film berperan sebagai media dari seorang director film yang menuangkan idenya kedalam bentuk audio visual agar pesan audio visual tersebut bisa sampai kepada audiensnya. Menurut Effendi dalam Oktavianus (2015) memaparkan bahwa film merupakan sebuah media yang efektif yang dibunakan tidak hanya untuk hiburan tetapi juga sarana informasi dan pendidikan (Effendy dalam Oktavianus, 2015).
Dalam film The Hate U Give kita belajar mengenai isu-isu rasial yang melandasi diskriminasi terhadap orang-orang yang memiliki kulit berwarna.
Dalam Crazy Rich Asia kita belajar mengenai strata sosial yang mempengaruhi derajat dan bagaimana seseorang dipandang.
Dari kedua film tersebut terdapat garis tengah persamaan dimana isu rasial dan penggolongan strata sosial masih menjadi polemik yang sangat hangat diperbicangkan ditengah masyarakat, polemic tersebut tidak hanya muncul dari kasus warna kulit tetapi juga kepada seorang yang memiliki etnik dan ras yang sama namun status sosial yang berbeda.
Teori Marxisme dan rasisme
Teori Marxisme menurut Magnis Suseno dalam Kusumastuti (2017) mengatakan bahwa Teori Marxisme merupakan teori yang berkaitan dengan sistem ekonomi sosial serta politik. Teori ini terbentuk atas dasar penolakan Karl Marx terhadap pembentukan kelas sosial yang dibentuk oleh kaum kapitalis.
Rasisme secara luas dimaknai sebagai suatu sikap, kecenderungan, pernyataan, dan tindakan yang menganggap suatu golongan tertentu lebih unggul atau memusuhi/ merendahkan golongan tertentu karena identitas ras. Rasisme didasari dari Ras yang merupakan suatu gagasan tentang warna kulit dan bentuk wajah yang digunakan sebagai pembeda kategori dan karekteristik manusia (Liliweri, 2005).
Analisis Film
Pada analisis film ini menggunakan landasan dari teori dari Karl Marx dan juga konsep rasisme.
Dalam film The Hate U Give dimana isu utamanya adalah soal komunitas kulit hitam yang mengalami diskriminasi. Perlakuan ini memicu dorongan perlawanan dari komunitas kulit berwarna untuk menuntuk keadilan. Hal ini didorong kuat juga dengan kejadian penembakan sepihak yang dilakukan oleh polisi dan juga tuduhan-tuduhan berat yang cenderung memberatkan dan menperburuk citra orang kulit berwarna. Hal ini memicu adanya kelas sosial dimana orang kulit hitam dianggap rendah. hal ini sesuai dengan konsep rasisme, dimana dalam film ini polisi berkulit putih menaruh curiga yang besar dan berperilaku kasar kepada seseorang yang berkulit hitam.
"So your family is, like, rich? "
"We're comfortable. "
percakapan tersebut juga menegaskan posisi Nick Young sebagai seorang konglomerat yang punya status sosial dan posisi kehidupan yang lebih nyaman.
Dari kedua film tersebut bisa diambil nilai bahwa dalam kehidupan tidak semua orang bisa menyukai kepribadian orang lain tetapi belajarlah untuk menghargai dan jangan menganggap rendah orang lain.
Daftar Pustaka
Kusumastuti, Aisyah N., & Nugroho, C. (2017). Representasi Pemikiran Marxisme dalam Film Biografi (Studi Semiotika John Fiske Mengenai Pertentangan Kelas Sosial Karl Marx pada Film Guru Bangsa Tjokrominoto. E-Proceeding of Management, Vol. 4, No. 2.
Liliweri, Alo.2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Oktavianus, Handi. (2015). Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis Di Dalam Film Conjuring. Jurnal e-Komunikasi, Vol. 3, No. 2.
Voa Indonesia. (2018, Agustus 28). Film "Crazy Rich Asians" Patahkan Stereotip Orang Asia. Retrieved from VOAindonesia.com: https://www.voaindonesia.com/a/film-crazy-rich-asians-patahkan-stereotip-orang-asia-/4543828.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H