Mohon tunggu...
arry wastuti
arry wastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Lahir di Jakarta, besar di Bandung, tinggal di Jogja. Suka bercerita juga di www.iniarry.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peran Apoteker dalam Upaya Tobbaco Harm Reduction

11 November 2019   18:26 Diperbarui: 11 November 2019   18:27 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paparan oleh Dr. drg. Amaliy, M.Sc., Ph.D. (dokpri)

"Ketika orang ingin berhenti merokok tapi bingung mencari bantuan ke mana, saya pikir, kita sebagai apoteker harusnya bisa membantu mereka minimal dengan memberikan konsultasi cara berhenti merokok. Seringkali para perokok yang ingin berhenti merokok itu adalah orang-orang di sekitar yang dekat dengan kita. Dengan pendekatan personal, ngobrol santai, diharapkan informasi dari kita bisa lebih mudah masuk ke mereka."

Demikian penggalan kalimat Arde Toga Nugraha, S.Farm, M.Sc. Apt, Ketua Indonesian Young Pharmacist Group (IYPG), dalam sambutannya di pembukaan seminar Pengurangan Bahaya Tembakau & Upaya Berhenti Merokok dalam Perspektif Farmasi dan Kesehatan Publik yang diselenggarakan oleh IYPG dan KABAR (Koalisi Indonesia Bebas TAR). 

Sambutan oleh Arde Toga Nugraha, S. Farm., M.Sc., Apt. (dokpri)
Sambutan oleh Arde Toga Nugraha, S. Farm., M.Sc., Apt. (dokpri)

Acara yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta pada 9 November 2019 ini menghadirkan tiga pembicara yang kompeten di bidangnya masing-masing. Ketiganya adalah Dr. drg. Amaliya, M.Sc., Ph.D (peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik), Dr. dr. Ardini Raksanagara, M.P.H. (pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran), dan Ariyo Bimmo, S.H., LL.M. (pengamat hukum dan kebijakan KABAR).

Paparan oleh Dr. drg. Amaliy, M.Sc., Ph.D. (dokpri)
Paparan oleh Dr. drg. Amaliy, M.Sc., Ph.D. (dokpri)

Pembicara pertama, drg. Amaliya, membuka pemaparannya dengan penjelasan mengenai tobbaco harm reduction. Konsep ini merupakan upaya untuk membantu para perokok berat yang ingin berhenti merokok namun kesulitan jika harus langsung berhenti merokok. Fakta mengenai rokok yang dihadapi Indonesia : 

  • Indonesia menempati urutan ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia (setelah Cina dan India). 
  • 1 dari 5 penduduk Indonesia adalah perokok.
  • 66.6% perokok adalah laki-laki. 
  • 21.7% kematian terjadi karena penyakit akibat merokok (penyakit jantung, paru-paru, dan kelainan janin). 

(Global Tobacco Atlas 2017)

Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka perokok di Indonesia namun hasilnya belum terlihat signifikan. Penerapan tobbaco harm reduction diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok secara bertahap dan juga menurunkan bahaya kesehatan yang disebabkan oleh rokok. Tobbaco harm reduction menawarkan sebuah pendekatan yang minim risiko.

Konsep ini membantu para perokok berat untuk secara bertahap mengurangi, dan kemudian berhenti merokok tetapi dengan risiko yang lebih rendah. Beberapa produk yang bisa digunakan dalam terapi tobbaco harm reduction diantaranya adalah Nicotine Replacement Theraphy (nicotine patch, nicotine gum, nicotine lozanges, dll), snus, tembakau kunyah, rokok elektrik, dan tembakau yang dipanaskan.

Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa meskipun dapat memberikan efek adiktif dan psikoaktif namun nikotin bukanlah penyebab utama penyakit berbahaya terkait rokok. TAR yang terkandung di dalam rokoklah yang mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Namun berbagai produk tembakau alternatif yang digunakan dalam terapi tobbaco harm reduction dipercaya publik juga menghasilkan TAR, sehingga membuat perokok dewasa enggan beralih ke produk tersebut. Dalam hal ini apoteker dapat mengambil peran untuk meyebarkan informasi yang benar di masyarakat dan meluruskan persepsi yang salah.

Pembicara sesi kedua, dr. Andini Raksanagara, menekankan pentingnya peran apoteker dalam pemberian informasi yang benar pada masyarakat. Apoteker tidak hanya bertugas meracik resep, namun harus bisa menjadi motivator, edukator, dan juga konselor bagi pasien.  Di Indonesia, rokok sangat mudah didapat.

Saking mudahnya, warung-warung kecil di pelosok kampung saja banyak yang menjual produk rokok. Iklan rokok juga gencar menyerbu lewat berbagai media. Namun sebaliknya, untuk mendapatkan layanan bantuan berhenti merokok, masih banyak masyarakat yang tidak tahu harus harus datang ke mana. Tak aneh, karena minimnya sosialiasi tentang hal ini ke masyarakat.

Menurut dr.Andini, informasi layanan bantuan berhenti merokok ini harusnya disandingkan bersebelahan dengan iklan-iklan rokok yang terpampang di baligo, media cetak, dan media massa lainnya. Bagus juga sih idenya, jadi penyebaran informasinya sama luasnya dengan jangkauan sebaran iklannya.

Paparan oleh Dr. dr. Ardini Raksanagara. M.P.H. (dokpri)
Paparan oleh Dr. dr. Ardini Raksanagara. M.P.H. (dokpri)

Berkaitan dengan tobbaco harm reduction, dr.Andini menyebutkan, "Apoteker memiliki peran yang sangat penting untuk meluruskan kesalahan persepsi di publik. Perokok dewasa seharusnya punya akses informasi terhadap fakta ilmiah dan penelitian yang kredibel, sehingga mereka paham apa perbedaan nikotin dan TAR yang terdapat dalam rokok, termasuk langkah alternatif yang dapat membantu mengurangi risiko kesehatan mereka." 

Di sesi terakhir, pengamat hukum dan kebijakan KABAR, Ariyo Bimmo, mengungkapkan bahwa untuk mendorong pencapaian tujuan tobbaco harm reduction, tidak cukup hanya memiliki pengertian yang akurat mengenai produk tembakau alternatif, namun juga perlu diperkuat dengan regulasi.

Paparan oleh Ariyo Bimmo, S.H., LL.M. (dokpri)
Paparan oleh Ariyo Bimmo, S.H., LL.M. (dokpri)

Lebih lanjut dalam pemaparannya Ariyo Bimmo menyebutkan bahwa prinsip regulasi ideal untuk tobbaco harm reduction adalah mendorong perokok dewasa yang sulit berhenti merokok seketika, untuk beralih ke produk tembakau alternatif sebagai bagian dari terapi tobbaco harm reduction. Adapun regulasi sebaiknya mengatur tentang : 

  • Sangat ketat untuk batasan umur dan perlindungan khusus, namun tetap dapat diakses oleh perokok dewasa. 
  • Perlindungan konsumen, keamanan alat dan bahan. 
  • Informasi yang akurat, faktual, handal, dan tidak menyesatkan, serta bantuan berhenti merokok. 
  • Harga terjangkau bagi perokok dewasa (cukai dan harga jual eceran). 
  • Dijual sebagai produk konsumen, bukan produk obat.

Para peserta seminar (dokpri)
Para peserta seminar (dokpri)

Dengan adanya regulasi ini diharapkan keberadaan produk tembakau alternatif dapat memberikan manfaat di masyarakat sebagai produk terapi bagi perokok yang ingin berhenti merokok, sehingga dapat menurunkan angka prevalensi rokok di Indonesia dan juga mengurangi bahaya rokok bagi perokok sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun