Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Pembelajar dari Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Terlarang di Bawah Flamboyan

14 Januari 2025   21:30 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil yang dipenuhi warna-warni kehidupan, Rano dan Rani tumbuh bersama. Mereka adalah sahabat masa kecil yang tak terpisahkan. Seiring waktu berjalan, benih-benih cinta tumbuh di hati keduanya.

Rano adalah seorang pemuda yang dikenal ramah dan penuh perhatian. Sementara Rani, gadis ceria yang selalu membawa keceriaan dalam setiap langkahnya. Keduanya sering menghabiskan waktu di taman kota, berbagi cerita dan impian.

Namun, takdir memiliki rencana lain. Rano berasal dari keluarga yang menganut keyakinan agama yang berbeda dengan Rani. Meski mereka tahu perbedaan itu, cinta mereka semakin mendalam.

Suatu hari, Rano mengungkapkan perasaannya pada Rani di bawah pohon flamboyan yang menjadi saksi kebersamaan mereka sejak kecil. "Rani, aku mencintaimu lebih dari sahabat. Aku ingin kau menjadi pendamping hidupku."

Rani terdiam, hatinya bergetar. Ia juga merasakan hal yang sama. "Aku juga mencintaimu, Rano. Tapi, bagaimana dengan perbedaan kita?"

Rano mencoba menenangkan Rani. "Cinta kita lebih besar dari perbedaan itu. Kita bisa melaluinya bersama."

Namun, kenyataan berbicara lain. Keluarga Rani mengetahui hubungan mereka dan menentangnya dengan keras. Ayah Rani, seorang pria yang taat, memandang perbedaan keyakinan sebagai tembok yang tak bisa ditembus.

Suatu malam, Rani dipanggil ke ruang tamu. Ayahnya berbicara dengan nada tegas. "Rani, hubunganmu dengan Rano harus diakhiri. Tidak ada masa depan untuk kalian berdua."

Rani hanya bisa menangis. Cintanya pada Rano begitu tulus, namun ia juga menghormati keluarganya. Ia berusaha meyakinkan ayahnya, namun tak ada celah.

Rano pun menghadapi tekanan yang sama di rumahnya. Ibunya yang lembut berkata, "Nak, aku tahu kau mencintainya, tapi jalan ini penuh dengan rintangan."

Meski terpisah oleh keluarga, Rano dan Rani tetap berusaha berkomunikasi secara diam-diam. Mereka saling menulis surat, mengungkapkan rindu yang membuncah.

Suatu malam, Rano mengajak Rani bertemu di taman yang penuh kenangan mereka. Di sana, Rano berkata dengan lirih, "Rani, jika kita tidak bisa bersatu di dunia ini, aku berjanji akan mencintaimu sampai akhir hayatku."

Namun, nasib berkata lain. Rani dijodohkan dengan pria lain oleh keluarganya. Hatinya hancur, namun ia tak punya pilihan.

Pada hari pernikahan Rani, Rano berdiri jauh, menyaksikan gadis yang dicintainya bersanding dengan pria lain. Air matanya mengalir deras, seakan meratapi cinta yang tak tersampaikan.

Tak lama setelah pernikahan itu, Rano jatuh sakit. Hatinya yang hancur membuat tubuhnya lemah. Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur, merindukan Rani dalam setiap helaan napasnya.

Ketika Rani mendengar kabar tentang kondisi Rano, ia diam-diam mengunjunginya. Namun, ia terlambat. Rano telah pergi untuk selamanya, dengan sebuah surat terakhir di genggaman tangannya.

Surat itu berisi kata-kata terakhir Rano: "Rani, cinta kita mungkin tak bersatu di dunia ini, tapi aku percaya suatu saat kita akan bersama, di tempat di mana tak ada perbedaan yang memisahkan."

Rani menangis tersedu di sisi tubuh Rano yang tak bernyawa. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak memandang batasan apa pun, namun terkadang dunia tidak memberi ruang bagi mereka yang berbeda.

Sejak hari itu, Rani hidup dengan kenangan cinta yang tak terlupakan. Hatinya mungkin hancur, namun cintanya pada Rano akan abadi selamanya, tertanam di setiap helaan napasnya.

Dan pohon flamboyan yang dahulu menjadi saksi cinta mereka, kini berdiri megah, merah merona, seperti cinta yang tak pernah padam, meski terpisah oleh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun