Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Pembelajar dari Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Terlarang di Bawah Flamboyan

14 Januari 2025   21:30 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:30 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  (Sumber: Freepik)

Di sebuah kota kecil yang dipenuhi warna-warni kehidupan, Rano dan Rani tumbuh bersama. Mereka adalah sahabat masa kecil yang tak terpisahkan. Seiring waktu berjalan, benih-benih cinta tumbuh di hati keduanya.

Rano adalah seorang pemuda yang dikenal ramah dan penuh perhatian. Sementara Rani, gadis ceria yang selalu membawa keceriaan dalam setiap langkahnya. Keduanya sering menghabiskan waktu di taman kota, berbagi cerita dan impian.

Namun, takdir memiliki rencana lain. Rano berasal dari keluarga yang menganut keyakinan agama yang berbeda dengan Rani. Meski mereka tahu perbedaan itu, cinta mereka semakin mendalam.

Suatu hari, Rano mengungkapkan perasaannya pada Rani di bawah pohon flamboyan yang menjadi saksi kebersamaan mereka sejak kecil. "Rani, aku mencintaimu lebih dari sahabat. Aku ingin kau menjadi pendamping hidupku."

Rani terdiam, hatinya bergetar. Ia juga merasakan hal yang sama. "Aku juga mencintaimu, Rano. Tapi, bagaimana dengan perbedaan kita?"

Rano mencoba menenangkan Rani. "Cinta kita lebih besar dari perbedaan itu. Kita bisa melaluinya bersama."

Namun, kenyataan berbicara lain. Keluarga Rani mengetahui hubungan mereka dan menentangnya dengan keras. Ayah Rani, seorang pria yang taat, memandang perbedaan keyakinan sebagai tembok yang tak bisa ditembus.

Suatu malam, Rani dipanggil ke ruang tamu. Ayahnya berbicara dengan nada tegas. "Rani, hubunganmu dengan Rano harus diakhiri. Tidak ada masa depan untuk kalian berdua."

Rani hanya bisa menangis. Cintanya pada Rano begitu tulus, namun ia juga menghormati keluarganya. Ia berusaha meyakinkan ayahnya, namun tak ada celah.

Rano pun menghadapi tekanan yang sama di rumahnya. Ibunya yang lembut berkata, "Nak, aku tahu kau mencintainya, tapi jalan ini penuh dengan rintangan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun