"Saya akan menjaga tradisi luhur kampus ini," seru Ucok.
Selamet angkat suara, "Saya akan menjadikan suara mahasiswa lebih didengar. Kampus ini milik kita semua."
Namun, drama memuncak ketika seorang saksi anonim muncul dengan bukti bahwa Joko pernah terlibat plagiarisme di masa lalu. Selamet mengangkat tangan, "Cukup! Kampus ini butuh kejujuran, bukan ambisi buta."
Ucok mendekati Selamet di belakang panggung, "Kau yang menjebak kami berdua, bukan?"
Selamet tersenyum, "Aku hanya memperlihatkan kebenaran yang kalian sembunyikan."
Pada akhirnya, Selamet terpilih sebagai rektor dengan dukungan mayoritas. Namun, bayang-bayang konflik masa lalu terus menghantui gedung rektorat.
Di suatu pagi, Ucok dan Joko mendatangi Selamet di ruangannya.
"Selamet, kita tahu kebenarannya. Jika kau ingin kampus ini damai, kita bertiga harus bekerja sama," ujar Ucok.
Selamet mengangguk pelan. "Baik, demi masa depan kampus ini, mari kita bersatu."
Namun, di balik senyuman mereka, siapa yang benar-benar memegang kendali? Itu tetap menjadi misteri di balik pintu kampus yang megah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H