Mohon tunggu...
Arry Azhar
Arry Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

Pembelajar dari Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jembatan Persahabatan

10 Januari 2025   01:26 Diperbarui: 10 Januari 2025   01:26 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Jembatan(Sumber:Freepik)

Di sebuah desa kecil yang asri, hiduplah tiga sahabat karib bernama Udin, Joko, dan Saiful. Mereka telah berteman sejak duduk di bangku sekolah dasar. Meski memiliki kepribadian yang berbeda, mereka selalu kompak dalam segala hal.

Udin, anak yang ceria dan penuh semangat, dikenal sebagai penghibur dalam kelompok mereka. Ia selalu bisa membuat suasana menjadi ceria dengan leluconnya yang spontan. Di sisi lain, Joko adalah sosok yang tenang dan bijaksana. Ia sering menjadi penengah saat terjadi perbedaan pendapat. Sementara itu, Saiful adalah yang paling cerdas di antara mereka. Ia selalu memiliki ide-ide cemerlang yang sering membantu mereka menyelesaikan masalah.

Suatu hari, di desa mereka diadakan lomba membuat jembatan mini menggunakan bahan alam. Hadiah yang ditawarkan sangat menarik, yaitu sebuah sepeda baru. Ketiganya sangat antusias untuk mengikuti lomba tersebut.

Mereka pun mulai merencanakan strategi. Saiful dengan kepandaiannya merancang desain jembatan, Joko bertugas mengumpulkan bahan, sementara Udin yang kreatif membantu memperindah jembatan dengan sentuhan artistik. Namun, di tengah proses pengerjaan, terjadi perbedaan pendapat.

Udin menggerutu, "Saiful, ini desain atau peta harta karun? Ribet banget!"

Saiful membalas, "Ya ampun, Din! Ini biar jembatannya kuat. Masa kamu mau bikin jembatan selemah perasaanmu pas nonton drama Korea?"

Joko mencoba menengahi sambil tertawa, "Aduh, aduh, sudah, jangan pada drama. Kita harus menang nih! Bayangkan sepeda itu, sudah terbayang belum?"

Namun, konflik semakin memanas saat Udin merasa kontribusinya dianggap remeh. "Kalau gitu, kerjakan saja sendiri!" Udin pun meninggalkan proyek mereka dengan kesal.

Malam harinya, Joko dan Saiful datang ke rumah Udin dengan membawa camilan. "Din, kami butuh kamu. Maaf kalau tadi kami terlalu serius," ujar Saiful dengan tulus.

Udin akhirnya luluh, "Aku juga minta maaf, aku cuma ingin membantu dengan cara yang berbeda."

Mereka pun kembali bersatu, menyelesaikan jembatan dengan semangat baru. Namun, pada saat ujicoba sehari sebelum perlombaan, jembatan tersebut roboh karena ada kesalahan dalam perhitungan beban. Mereka sempat merasa kecewa dan hampir menyerah.

Namun, Joko berkata dengan semangat, "Kita tidak boleh menyerah! Mari kita perbaiki bersama. Kita pasti bisa."

Saiful pun segera memperbaiki desainnya dengan perhitungan yang lebih matang, sementara Udin dan Joko membantu memperkuat struktur jembatan dengan bahan tambahan yang mereka temukan di sekitar.

Pada hari perlombaan, jembatan mini buatan mereka akhirnya berhasil menarik perhatian para juri. Desainnya yang unik dan kokoh membuat mereka berhasil meraih juara pertama. Mereka pun membawa pulang sepeda baru dengan bangga.

Setelah perlombaan, banyak warga desa yang memuji kekompakan mereka. Bahkan, kepala desa mengundang mereka untuk berbagi pengalaman dalam acara gotong royong desa minggu depan.

Saiful yang terkenal cerdas mulai berpikir untuk mengajak teman-teman lain membuat klub kreatif. "Bagaimana kalau kita buat klub penemu muda? Kita bisa belajar hal baru dan seru bersama!"

Udin setuju dengan antusias, "Wah, ide bagus! Aku bisa mengurus bagian dekorasi dan hiburan, biar kegiatan kita nggak membosankan."

Joko yang biasanya pendiam pun menambahkan, "Aku bisa bantu dalam hal perencanaan dan pengumpulan bahan. Mari kita ajak teman-teman lain supaya makin seru."

Dalam waktu seminggu, klub tersebut pun terbentuk dengan nama "Jembatan Kreatif". Anggotanya terdiri dari anak-anak desa yang tertarik pada berbagai proyek kreatif.

Dengan klub tersebut, persahabatan mereka semakin erat. Mereka tak hanya belajar bekerja sama, tetapi juga mengajarkan pentingnya saling menghargai ide dan kontribusi setiap orang.

Akhirnya, jembatan mini itu tidak hanya menjadi simbol kemenangan, tetapi juga lambang persahabatan yang kokoh dan abadi di antara Udin, Joko, dan Saiful.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun