Untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang mantra, Dr. Agus tidak hanya mengandalkan buku atau teori. Ia melakukan penelitian etnografi, terjun langsung ke masyarakat yang masih mempraktikkan mantra. Proses ini tidak mudah; banyak ritual dan syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi murid yang sah dan belajar langsung dari guru yang memiliki pengetahuan tentang mantra.
"Menjadi murid adalah langkah pertama. Saya harus dekat dengan masyarakat yang masih mempraktikkan mantra. Setelah itu, mereka akan memberi saya izin untuk belajar dan meneruskan pengetahuan ini," tutur Dr. Agus.
Menyelami Ilmu yang Terlupakan
Kini, setelah bertahun-tahun mempelajari mantra kuno, Dr. Agus telah mengumpulkan lebih dari 500 mantra yang tersebar di berbagai desa, khususnya di daerah Tangerang. Mantra-mantra ini bukan hanya sekadar bacaan, tetapi juga sarat dengan filosofi hidup dan nilai-nilai yang mendalam.
"Saya ingin memastikan agar mantra-mantra ini tidak hilang dan hancur begitu saja. Ini adalah bagian dari sejarah kita, bagian dari budaya yang harus dilestarikan," ujar Dr. Agus dengan penuh semangat.
Penutup: Mengungkap Kearifan Lokal Melalui Mantra
Mantra kuno mungkin terdengar seperti sesuatu yang hanya ada dalam cerita rakyat atau legenda. Namun, bagi Dr. Agus Suleman, ini adalah warisan berharga yang harus dipahami dan dijaga. Melalui penelitiannya, ia berharap agar pengetahuan mistis yang terkandung dalam mantra dapat terus hidup dan dihargai oleh generasi mendatang. Dengan demikian, kita tidak hanya belajar tentang kekuatan spiritual, tetapi juga tentang pentingnya menjaga dan merawat budaya yang telah diwariskan oleh leluhur.
Perjalanan Dr. Agus adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan dan kebudayaan tidak selalu berjalan seiring dengan zaman. Kadang-kadang, untuk memahami masa depan, kita harus mempelajari dan melestarikan warisan masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H