Saya merasa sangat bersyukur bisa menuntut ilmu di Jerman. Saya dapat pergi ke Jerman dengan bantuan agen studi. Banyak hal, mulai dari kursus, biaya visa studi, tiket pesawat dari Jakarta ke Frankfurt, ditanggung agen.
Setelah menyelesaikan kursus bahasa Jerman hingga tingkat B1, saya mengajukan visa studi ke Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, dan 2 bulan berselang saya berangkat ke Jerman.
Setibanya di Jerman, saya bertemu dengan banyak teman satu agen, dan juga orang Indonesia, entah itu yang kursus bahasa dan akan melanjutkan kuliah di Jerman, hingga yang bekerja di Jerman, dan lain sebagainya.
Ketika bertemu dengan teman-teman Indonesia lainnya, banyak ternyata yang berangkat tanpa agen. Mereka seperti punya rasa bangga karena bisa berangkat ke Jerman tanpa bantuan agen. Saya bisa pahami itu.
Mengurus kelengkapan dokumen, hingga mencari informasi di internet, itu tidak mudah jika dilakukan sendiri. Saya banyak belajar juga dari teman-teman, bagaimana bisa berangkat ke Jerman tanpa bantuan agen. Ternyata tidak susah jika kita rajin mencari informasi. Di sini, akan saya jelaskan step by step untuk bisa kuliah di Jerman.
Pertama, mencari informasi. Langkah pertama adalah mencari informasi mendalam, baik itu tentang negara yang ingin dituju, bidang studi, biaya (salah satu yang paling penting), universitas yang diinginkan, informasi tentang kursus bahasa, atau mungkin mencari agen studi ke luar negeri.
Baca juga : Suka Duka Mahasiswa Tingkat Akhir Bimbingan Skripsi Online di Rumah Saja
Jika tidak ingin repot mengurus banyak hal tentang studi Anda, agen akan dengan senang hati membantu. Fee dan paketnya beragam, ada yang menawarkan sekaligus dengan les bahasa, hingga biaya les bahasa di Jerman, bermacam-macam. Semakin banyak benefit yang didapat, semakin mahal juga.
Perlu diingat, untuk rute kuliah di Jerman. Setelah lulus SMA, kita tidak bisa langsung melanjutkan ke universitas. Kita harus menempuh studienkolleg atau sekolah penyetaraan.
Lazimnya sekolah penyetaraan berlangsung selama 2 semester, tapi ada juga yang hanya 1 semester. Untuk bisa masuk ke salah satu studienkolleg, kita harus menempuh tes masuk, namanya Aufnahmeprfung (biasa disingkat ANP).
Berapa sih biaya kuliah di Jerman? Untuk bisa menempuh studi di Jerman, kita harus membuka Sperrkonto (blocked account). Intinya kita harus menaruh deposit uang di Bank Jerman (saya menggunakan Fintiba) sejumlah 10.236 Euro (kurang lebih Rp 157 juta, kurs per 17 Januari). Uang ini nantinya akan ditransfer ke akun Bank Jerman kita, 853 Euro per bulan. Mari saya beri gambaran pengeluaran bulanan saya di Jerman.
- 300 housing. Harga sewa tempat tinggal di Jerman cukup variatif. Provinsi seperti Bavaria, Batten-Wttenberg, memiliki harga sewa yang cenderung lebih mahal. Selain itu, kota besar juga biasanya memiliki tarif lebih tinggi.
Baca juga :KKN "Back to Village" Universitas Negeri Malang, Mahasiswa Lebih Kreatif di Masa Pandemi
Saran saya, usahakan tinggal di Studentenwohnheim alias asrama mahasiswa, yang mana biasanya tarifnya akan jauh lebih murah, namun harus angkat kaki setelah lulus.
- 105 asuransi. Syarat kuliah di Jerman harus memiliki asuransi negeri, seperti AOK yang preminya lebih mahal daripada asuransi swasta.
- 60 belanja mingguan.
- 50 transportasi umum. Biasanya dibayar di awal semester, asumsikan 300 per semester, dibagi 6 bulan, jadi 50 per bulan.
Kurang lebih seperti ini gambaran umumnya. Lalu, sisa uangnya? Bisa untuk keperluan lain, mungkin untuk keperluan kuliah, seperti membeli buku, notebook, mungkin bisa untuk hang out makan di restoran, bisa juga ditabung.
Bagaimana jika saya ingin bekerja sambil kuliah? Sangat bisa! tapi perlu diingat, kalian harus bijak dalam membagi waktu antara kuliah dan kerja. Jangan tergiur dengan uang sehingga menelantarkan kuliah. Per bulan, gaji yang kita bisa dapatkan dari part-time job adalah 400 euro (angkanya cukup variatif, bergantung dari pekerjaan).
Atau, kalian juga bisa kerja disaat libur kuliah, seperti bulan Juli, Agustus, September, adalah waktu favorit bagi pelajar untuk bekerja, karena tidak mengganggu jadwal kuliah, plus bisa bekerja full-time saat berlibur. Untuk pekerjaan full-time, kita bisa mendapatkan hingga lebih dari 1000 euro per bulan!
Saya juga bisa sarankan jika kalian punya banyak waktu untuk mencari informasi sendiri, kita tidak perlu agen kok. Situs yang mungkin diperlukan untuk mencari informasi tentang kuliah di Jerman adalah studienkolleg-indonesia.de, daad.de, uni-assist.de, dan berbagai website universitas yang bisa dicari di google.
Kedua, kursus bahasa. Saya mulai kursus bahasa Jerman saat kelas 3 SMA, tepat setelah mendaftarkan diri di sebuah agen studi. Kurang lebih, untuk mencapai tingkat B1 (ketentuan minimum untuk mengajukan visa studi), kita membutuhkan waktu 1 hingga 2 tahun.
Saya membutuhkan waktu lumayan lama untuk mencapai B1, karena bahasa Jerman benar-benar terdengar asing di telinga dan saya butuh waktu yang cukup banyak untuk membiasakan mendengarkan bahasa Jerman.
Baca juga : Pembaharuan Pendidikan melalui Program Kurikulum Merdeka Belajar
Tips: Banyak melatih mendengar dan berbicara bahasa Jerman. Di era informasi seperti sekarang, manfaatkan media seperti YouTube, bahkan podcast. Saya suka sekali mendengarkan podcast bahasa Jerman, salah satunya oleh DW.
Jangan terburu-buru belajar bahasa baru, karena kunci dari belajar bahasa itu tentang kebiasaan. Kita harus membiasakan berbicara, mendengarkan, membaca dengan bahasa baru kita.
Ketiga, mengurus dokumen. Untuk membuat appointment dengan Kedubes Jerman, kita harus menyiapkan banyak dokumen yang berkaitan dengan studi kita. Ini kurang lebih list-nya:
- Pas foto terbaru (3 buah, ukuran 3,5 x 4,5 cm zoom 80%)
- Paspor berlaku minimal hingga satu tahun ke depan.
- Asuransi perjalanan
- Akte kelahiran (asli dan fotokopi)
- Biaya administrasi sebesar 70 (dibayar dengan rupiah. Nilai euro ke rupiah cukup fluktuatif. Siapkan uang karena setahu saya tidak ada ATM dekat Kedubes)
- Dokumen bahwa kalian sudah membuat Sperrkonto (blocked account) yakni uang deposit di Bank Jerman sejumlah kurang lebih 10.236 euro.
- Konfirmasi bahwa kalian sudah terdaftar untuk mengikuti tes Studienkolleg di Jerman. Atau bisa juga dengan konfirmasi terdaftar kursus bahasa di Jerman, dengan catatan bahwa kalian akan mendaftarkan diri untuk mengikuti tes Studienkolleg nanti sesampainya di Jerman.
- Untuk lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah di Jerman: Ijazah / STTB (1 fotokopi legalisir, 1 fotokopi), SKHUN/NEM (2 fotokopi), Rapor kelas 3 SMA (1 fotokopi legalisir, 1 fotokopi)
- Motivation letter (asli dan fotokopi). Sebisa mungkin dalam bahasa Jerman, tentang alasan studi di Jerman, bidang kuliah yang diinginkan, tentang kampus yang dituju, dan rencana studi secara konkrit.
- Sertifikat bahasa B1 (1 asli 2 fotokopi). Jika belum mencapai B1, dapat digantikan dengan konfirmasi pengambilan kursus bahasa di Jerman. Saya sangat sarankan untuk mengambil tes bahasa Jerman di lembaga yang diakui Kedubes Jerman, seperti Goethe-Institut.
Baca juga : Kuliah di Luar Negeri? Simak 5 Tips Ini agar Tidak Culture shock!
Selain itu, sebelum berangkat ke Jerman, pastikan kalian sudah melakukan translasi transkrip nilai ke bahasa Jerman. Kalian bisa melakukan terjemahan rapor, SKHUN, Ijazah kalian dengan salah satu penerjemah yang terpercaya. Nantinya terjemahan ini akan berguna untuk mendaftar kuliah. Berikut list penerjemah terpercaya oleh Kedubes Jerman: jakarta.diplo.de.
Keempat, ajukan appointment. Langkah berikutnya adalah ajukan appointment dengan Kedubes Jerman di Jakarta.
Kelima, menunggu kabar dari Kedubes. Mungkin ini adalah fase yang paling membosankan, karena kita tidak tahu pasti kapan kita mendapatkan konfirmasi dari pihak Kedubes Jerman. Di fase ini kita bisa mempersiapkan diri untuk berangkat ke Jerman.
Perlu diketahui sebelumnya, musim-musim di Jerman (atau belahan bumi bagian utara). 2 musim paling penting adalah musim dingin dan panas. November hingga Februari adalah musim dingin, dan Juni hingga September kurang lebih adalah musim panas.
Alangkah baiknya jika barang-barang yang kita bawa ke Jerman menyesuaikan musim disana, misal membawa jaket winter saat musim dingin, atau membawa baju tipis ketika musim panas di Jerman.
Keenam, berangkat ke Jerman. Setelah mendapatkan konfirmasi dari Kedubes (biasanya melalui e-mail) segeralah membeli tiket pesawat. Untuk sekali keberangkatan, harga tiket mungkin berkisar dari 5 juta hingga 10 juta rupiah.
Maskapai yang saya bisa sarankan adalah maskapai dari timur tengah, terutama Qatar Airways atau Emirates, walaupun bertarif cukup mahal, tapi pelayanan dan fasilitasnya sangat maksimal.
Ketujuh, tiba di Jerman. Ini bisa jadi fase paling membahagiakan. Setelah berjuang dengan kursus bahasa Jerman, hingga keribetan ketika mengurus dokumen untuk pengajuan visa, semua terbayar.
Tapi perjuangan belum berakhir di sini. Kita masih harus menempuh kursus bahasa Jerman bagi yang belum mencapai tingkat B1, atau yang ingin mendapatkan sertifikat B2.
Saya pribadi menyarankan kalian untuk melanjutkan kursus bahasa Jerman sambil mengisi waktu luang di Jerman, sembari menyiapkan diri untuk menghadapi tes ANP (Aufnahmeprfung, tes masuk Studienkolleg). Kursus bahasa di Jerman kebanyakan hanya memakan waktu 3 jam per hari kok, tidak memakan waktu cukup banyak.
Dalam satu semester, akan ada banyak ANP yang diadakan di Jerman. Ada banyak sekali Studienkolleg di Jerman, kebanyakan memakan waktu 2 semester. Saya menempuh Studienkolleg di Kaiserslautern, yang mana hanya memakan waktu 1 semester, dengan jurusan W (Wirtschaft, ekonomi). Informasi lebih detail bisa di cek di studienkollegs.de atau hs-kl.de.
Di akhir fase Studienkolleg, kita akan menghadapi ujian akhir, yakni Feststellungsprfung (FSP). Mata pelajaran yang diujikan bergantung dari jurusan kalian, kurang lebih ada 4 jurusan di Studienkolleg (tapi tidak semua punya lengkap 4 jurusan, yakni W (Wirtschaft, ekonomi), T (Technik, teknik), M (Medizin, berhubungan dengan science), G (seni, sastra, politik).
Setelah lulus FSP, saatnya mendaftarkan diri ke Universitas yang diinginkan! Sebelumnya, perlu dijelaskan bahwa ada 2 jenis perguruan tinggi di Jerman. Universitas dan Hochschule (jurusan vokasi). Bedanya apa?
Di Universitas porsi belajar kita lebih berat ke teori, sedangkan di Hochschule akan lebih berat ke praktik. Jangan khawatir, di Jerman mengambil vokasi itu tidak seperti di Indonesia. Bahkan, tingkat kesulitannya pun bahkan terkadang lebih sulit daripada yang belajar di universitas.
Selain itu, anak vokasi di Jerman tidak dipandang remeh. Lalu, gaji kerjanya bagaimana? menurut saya sama saja, gaji kerja di Jerman itu tinggi, jadi jangan khawatir.
Perbedaan lain juga, kalau kalian menempuh jalur universitas, kalian bisa melanjutkan pendidikan hingga S3, jika sekolah vokasi bisa mencapai hingga S2. Saya jamin, baik yang lulus dari universitas maupun Hochschule akan mendapatkan gaji yang sama tingginya.
Untuk daftar kuliah, bisa melalui Uni Assist, atau langsung melalui website Universitas atau Hochschule yang diinginkan. Dokumen yang dibutuhkan adalah fotokopi legalisir hasil ujian FSP kalian, dokumen transkrip nilai yang sudah diterjemahkan ke bahasa Jerman, fotokopi legalisir rapor kelas 3 SMA, Ijazah, SKHUN.
Selain itu dimungkinkan juga tambahan dokumen seperti fotokopi paspor jika diperlukan. Untuk mengingatkan, deadline atau batas akhir pendaftaran kuliah biasanya adalah tanggal 15 Januari (summer semester) dan 15 juli (winter semester).
Baik, sekian informasi yang saya bisa berikan untuk step by step kuliah di Jerman. Mulai dari kursus bahasa, hingga masuk kuliah. Saya harap informasi yang saya berikan cukup detail dan jelas. Untuk pertanyaan bisa tanyakan di kolom komentar, saya akan dengan senang hati menjawab dan membantu.
Yuk kuliah ke Jerman!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H