Mohon tunggu...
Ar Royyan Mas
Ar Royyan Mas Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar di Universität Bonn, Germany

dreaming big. interested in music, reading, and writing

Selanjutnya

Tutup

Money

Drone, Solusi Pengiriman Express

24 Desember 2019   23:15 Diperbarui: 24 Desember 2019   23:51 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belanja online adalah hobby baru masyarakat Indonesia. Era digital yang ditandai dengan maraknya penggunaan internet, yang ditopang hardware seperti komputer, laptop, dan tentu smartphone yang hampir semua orang punya. Tentunya ini menyebabkan terjadinya peralihan perilaku transaksi jual atau beli barang dan jasa. Sebelum era digital, masyarakat masih menggunakan pola konvensional, yakni dengan berbelanja di pusat perbelanjaan, seperti mall, toko grosir, dan sebagainya. Tapi kini, masyarakat lebih suka belanja di e-commerce, yakni online marketplace, yang mana pengguna bisa melakukan transaksi jual beli barang dan jasa dengan media internet, dan dengan pertukaran dana secara elektronik.

Konsumen online di Indonesia sendiri jumlahnya kian meningkat. Tahun 2016 konsumen online mencapai 9,6% dari total penduduk, tahun 2017 10,7% dan 2018 sebesar 11,9% dari total penduduk. Dengan catatan, ada 93,4 juta pengguna internet di Indonesia, dan 71 juta pemilik handphone. Konsumen yang berbelanja dengan handphone, rata-rata berbelanja lebih banyak daripada yang berbelanja menggunakan PC. Didukung dengan hadirnya e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan lain sebagainya, yang aplikasinya mengisi handphone kita, kita akan dengan mudah dibawa untuk berbelanja, karena belanja di handphone sangat nyaman, bisa dimana saja, sangat kompatibel untuk siapapun yang tidak punya banyak waktu untuk berbelanja keluar rumah. Maraknya aktivitas belanja online tentunya harus didukung dengan jasa pengiriman barang yang mumpuni. J&T adalah solusinya. Berdiri di tahun 2015, mungkin banyak yang tidak asing dengan J&T karena menampilkan Dedy Corbuzier di iklannya yang sontak membuat nama J&T makin dikenal di kalangan publik. Jasa yang ditawarkan pun tidak main-main. Dengan 2000 titik di seluruh Indonesia, pelanggan mampu melacak kiriman secara real-time, karena mesin sortir otomatis dan berbagai teknologi yang hanya dimiliki J&T.

Menurut riset yang dilakukan Sirclo, konsumen melakukan aktivitas belanja online tiga sampai lima kali dalam satu bulan. Kurang lebih, konsumen mengalokasikan 15% penghasilan untuk belanja online. Penjualan ritel e-commerce di tahun 2018 mencapai 15 juta dollar AS (Rp. 210 triliun), dengan proyeksi tahun 2022 angka ini akan tumbuh mencapai 65 miliar dollar AS (Rp. 910 triliun). Statistik ini akan menjadi acuan bagi perusahaan kurir pengiriman barang seperti J&T untuk terus berkembang kedepannya.

Sebelum memasuki pembahasan yang lebih dalam, mari kita cari tahu kenapa masyarakat suka berbelanja secara online. Pertama, fleksibel. Banyak orang yang bekerja dari pagi sampai sore hari, belum ditambah jam ekstra lembur. Hal ini menyebabkan belanja online adalah satu-satunya pilihan paling memungkinkan. Berbelanja hanya dengan smartphone ataupun laptop di sela-sela istirahat atau waktu luang, adalah hal yang sangat mungkin dilakukan bagi mereka yang tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk pergi belanja ke mall atau pusat grosir. Kedua, pengelompokkan barang yang dijual di e-commerce. Saat pergi berbelanja di pusat perbelanjaan seperti mall, kita kerap disuguhkan dengan space toko yang luas, yang kadang cukup membuat pusing, hanya untuk mencari sesuatu yang kita benar-benar butuhkan atau inginkan. Berbeda dengan belanja online, kita dapat dengan mudah memilih katogeri barang, dan seringkali, kita akan menemukan kategori barang yang lebih eksklusif saat belanja online. Yang ketiga, pembeli dapat melakukan research mereka sendiri atas barang yang mereka cari. Di layanan e-commerce kita akan dengan mudah melihat komentar atau ulasan produk yang diberikan pembeli sebelumnya. Selain itu, dengan membaca deksripsi produk, dan melakukan pencarian di sosial media, pembeli akan lebih berhati-hati dalam berbelanja online. Untuk faktor pendorong belanja online, ada dua faktor utama. Eksternal, yakni dorongan dari luar, seperti promosi yang dilakukan oleh e-commerce, toko online, ataupun influencer di sosial media. Kemudian ada faktor internal, seperti motif, emosi, sosial, budaya, dan juga psikologis pembeli.

Tantangan apa yang akan dihadapi J&T di masa mendatang? Konsumen akan menuntut barang yang mereka beli melalui e-commerce akan tiba di alamat tujuan dengan cepat. Bahkan kalau bisa, pengiriman dalam hari yang sama dengan harga yang murah, akan segera menjadi kenyataan. Sejauh ini, opsi yang tersedia adalah pengiriman darat, atau ground-based. Kekurangannya adalah polusi yang dihasilkan dari kendaraan seperti truk kurir, begitu juga motor kurir, tidak terbebas dari kemacetan, yang dapat menyebabkan keterlambatan, dan terlebih lagi, infrastruktur di daerah luar area metropolitan cenderung tidak memadai, sehingga menambah beban kurir pengiriman. Pengiriman barang juga kadang dilakukan melalui udara, sayangnya pengiriman dengan pesawat akan menghasilkan polusi 4 kali lebih banyak daripada truk, dan 10 kali lebih banyak daripada kereta api. Solusi yang saya kedepankan adalah penggunaan drone, yang mana kurir pengiriman di negara barat mulai berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi pengiriman paket dengan drone.

Mengapa drone? Mari kita urai kelebihan dan kekurangannya. Karena drone terbang diatas udara, hal ini menandakan bahwa drone terbebas dari kemacetan di darat, dan juga drone dapat melaju dengan cukup cepat (10-15 m/s), dari sisi energi, drone membutuhkan sumber energi listrik untuk baterai yang digunakannya, dan salah satu yang paling saya sukai, drone yang tergolong UAV, alias unmanned aerial vehicles yang berarti drone tidak membutuhkan manusia kecuali untuk memberinya komando di awal waktu saja. Lalu apa saja sisi negatifnya? drone memiliki jangkauan yang terbatas. Tentu kembali lagi ke pilihan drone dan baterai yang akan digunakan, tapi mari asumsikan bahwa drone memiliki jangkauan rata-rata sejauh 3,5 km. Berat dan ukuran barang yang dapat diangkut drone juga terbatas, kurang lebih 4,5 kg per paket. Drone juga tidak bisa dikomando untuk mengantar paket ke berbagai tujuan, melainkan satu tujuan saja. Selain itu regulasi pemerintah akan sangat vital dalam perizinan penggunaan drone di masa mendatang.

Dengan itu mari kita catat apa saja skenario yang paling memungkinkan (Stolaroff, 2017) ;

Pertama, kombinasi antara cara pengiriman konvensional dengan drone. Truk kurir yang telah menjemput barang akan mengirimkan barang ke warehouse yang terletak di area urban yang strategis, dan nantinya barang yang memenuhi kategori berat, ukuran, dan jarak tempuh dari warehouse akan dikirim dengan drone. Karena jarak tempuh drone yang terbatas (kurang lebih 3,5 km yang berarti drone hanya mampu mengirim paket dalam radius 38,5 km persegi) warehouse yang dibutuhkan perusahaan jasa kirim adalah yang berlokasi di dalam kota, dengan lokasi strategis, tidak seperti biasanya yang terletak jauh dari pusat kota. Tentu ini tidak akan murah, namun nantinya akan sangat membantu pengiriman barang dengan drone. Drone nantinya akan sangat membantu dalam memangkas waktu pengiriman, terutama bagi yang memiliki alamat tujuan dekat dengan urban warehouse milik perusahaan jasa pengiriman barang. Dengan limitasi ukuran kiriman, berat, dan jangkauan yang sudah dijelaskan sebelumnya, skenario ini sangat cocok dimanfaatkan untuk pembeli e-commerce yang menginginkan barangnya dikirim ke kantor tempat ia bekerja, yang mungkin berdekatan dengan lokasi warehouse, atau juga bagi yang bertempat tinggal di dekat warehouse.

Kedua, membangun stasiun yang mana drone bisa berhenti untuk mengganti baterai atau mengisi ulang baterai, sebelum akhirnya melanjutkan ke tujuan akhir. Skenario ini sebenarnya cukup sederhana, yakni truk kurir tetap menjemput barang dan mengantarkannya ke warehouse. Dari warehouse nantinya drone akan berangkat menuju stasiun pengiriman, dimana drone akan mengganti atau mengisi ulang baterai, dan setelah itu melanjutkan kembali perjalanan. Ini berarti, perusahaan jasa pengiriman barang harus menginvestasikan uang tidak hanya untuk lokasi warehouse yang strategis, tapi juga stasiun untuk drone yang lokasinya menyesuaikan jarak tempuh drone (3,5 km). Dengan ini, drone mampu mengirimkan barang lebih jauh, walaupun membutuhkan waktu untuk berhenti sejenak, di titik stasiun yang telah ditentukan.

Dua strategi diatas adalah yang paling mutakhir dalam pengaplikasian drone dalam pengiriman paket di masa mendatang. Karena sejauh ini belum ada tanda dari kurir pengiriman barang di Indonesia untuk menggunakan drone, tentunya ini adalah kesempatan bagi J&T untuk memulai langkah baru. Selain memangkas waktu pengiriman, penggunaan baterai oleh drone jauh lebih ramah lingkungan daripada truk yang menghasilkan gas polutan dan kehadirannya juga dapat memperburuk kemacetan. Walaupun pada dua skenario diatas masih menggunakan metode campuran antara pengiriman dengan truk dan drone, sejauh ini skenario diatas masih menjadi pilihan paling realistis untuk diaplikasikan, sambil menunggu perkembangan teknologi drone yang diharapkan bisa menampung barang lebih berat dan lebih besar, dan yang paling penting, kemampuan untuk menempuh jarak yang lebih jauh. 

Semoga dampak dari perkembangan teknologi akan segera dirasakan konsumen e-commerce, tidak hanya di bidang teknologi smartphone maupun kehadiran e-commerce baru, tapi juga dalam pengiriman barang yang semakin canggih, cepat, dan diharapkan juga murah, yang tentunya akan menguntungkan bagi pemilik bisnis online dan juga konsumen e-commerce, sesuai dengan slogan J&T "express your online business".

Referensi
Stolaroff, J. K. 2018. Energy use and life cycle greenhouse gas emissions of drones for commercial package delivery. DOI: 10.1038/s41467-017-02411-5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun