Kolonialisme adalah salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia. Sebagai bekas koloni penjajah dari berbagai negara, seperti Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang, Indonesia tidak hanya dieksploitasi sumber dayanya tetapi juga mempengaruhi aspek budaya, sosial, dan politik. Meskipun sering diingat sebagai masa penderitaan, kolonialisme berdampak baik dan buruk pada Indonesia saat ini.
Eksploitasi SDA
Banyak orang pasti mengetahui kolonialisme menjerat kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Para negara koloni mengeksploitasi tanah, hasil tambang, rempah-rempah, dan tenaga manusia demi kepentingan negara mereka. Misanya, kebijakan Cultuurstelsel (Tanam Paksa) diterapkan pada abad ke-19. Di bawah kekuasaan Belanda, para petani harus memproduksi tanaman-tanaman tertentu dan semua hasilnya diberikan ke pemerintahan kolonial. Kebijakan-kebijakan seperti itu membuat rakyat Indonesia sering kelaparan karena semua hasil panennya terampas.
Penyebab Kemiskinan
Eksploitasi kolonial tidak hanya menguras sumber daya alam tetapi juga memperparah kemiskinan masyarakat pribumi. Sistem yang diterapkan hanya menguntungkan pihak kolonial dan segelintir masyarakat elit lokal. Hasil kekayaan rakyat Indonesia digunakan untuk pembangunan negara penjajah, sehingga mereka harus hidup dalam kemiskinan. Fenomena tersebut masih diwariskan hingga kini, terlihat dari suatu kesenjangan sosial yang jelas.
Pengikisan Budaya
Kolonialisme juga membawa dampak buruk terhadap budaya dan identitas lokal. Pengaruh imperialisme dan superioritas budaya Eropa yang terlihat lebih canggih diterapkan oleh negara kolonial sering kali meremehkan budaya pribumi. Tradisi, adat istiadat, dan bahkan bahasa lokal terpinggirkan oleh kebijakan kolonial yang berorientasi pada homogenisasi budaya.
Membawa Pendidikan
Meski dominasi kolonial banyak membawa kesengsaraan, tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa perubahan yang diwariskan kolonialisme juga berkontribusi terhadap perkembangan Indonesia. Salah satunya merupakan sistem pendidikan.
Sekolah-sekolah seperti Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Algemene Middelbare School (AMS) membuka peluang bagi segelintir anak pribumi untuk mengenyam pendidikan formal.
Tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno, Hatta, dan Sutan Sjahrir adalah produk dari sistem pendidikan ini. Meski hanya sekelompok orang yang mampu mendapat pendidikan ini, benih-benih pemikiran yang lahir dari warisan ini sangat berpengaruh pada proses kemerdekaan Indonesia.
Membangun Infrastruktur
Kolonialisme juga meninggalkan berbagai infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, dan rel kereta api. Infrastruktur tersebut, meski dibangun untuk mendukung eksploitasi negara kolonial, tetap menjadi dasar transportasi Indonesia saat ini. Contohnya adalah Jalan Anyer Panarukan yang dibangun saat pemerintahan Herman Willem Daendels.
Sarana Persatuan Bangsa
Ironisnya, kolonialisme juga menjadi suatu “percikan” bagi persatuan Indonesia. Sebelum Indonesia pernah dijajah, negara masih terpecah-belah dalam berbagai kerajaan yang mempunyai konflik masing-masing.
Dengan menyatukan wilayah-wilayah yang sebelumnya terpisah di bawah satu pemerintahan kolonial, bangsa Indonesia mulai memiliki kesadaran akan identitas bersama. Pengalaman bersama menghadapi penindasan kolonial memicu munculnya pergerakan nasional yang menggalang persatuan untuk melawan penjajahan.
Kolonialisme merupakan masa-masa sulit bagi Indonesia, tetapi juga masa-masa yang membentuk bermacam aspek kehidupan bangsa ini. Dengan memahami dampaik baik dan buruknya, enerasi sekarang dapat belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik. Warisan kolonial, baik berupa infrastruktur maupun luka sosial, adalah pengingat bahwa kemerdekaan adalah sesuatu yang harus terus dijaga dan dihargai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H