Mohon tunggu...
Arief Er. Shaleh
Arief Er. Shaleh Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Sepi dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tembang Lawas di KPB Plus Enam Dua

27 Januari 2025   10:29 Diperbarui: 27 Januari 2025   10:29 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyanyi bersama. Sumber: Mercia Iancu on pixabay.com

Dia tetiba berdiri. Tepat di samping kiriku. Napasnya terasa hangat dan begitu lembut. Suaranya pelan dan manja.

"KPB itu apa, Yah.?

Aku tersenyum dan kujawab enteng,"Kalung Penuh Berlian."

Dia memberiku kecupan di kening. Lalu ditambah di pipi kiri.

"Pasti Ayah ngarang lagi." Bisik tole. Begitu mesra nyelonong di telinga kiri. Lantas gesit menghilang setelah diceples selembar uang sepuluh ribu rupiah.

Hihihi... aku tertawa sangat kecil di dalam hati yang mungil.

Pagi disapa mendung yang mulai menggantung di atap langit. Membentuk lukisan serupa kue donat.

Aku scroll si tikus ke atas dan ke bawah, membaca komentar demi komentar warga di WAG Komunitas Penulis Berbalas.

Namanya saja Komunitas Penulis Berbalas (KPB), belum sampai satu jam ditinggal mandi sauna, sudah ratusan komentar berseliweran. Saling senggol dan salam geyol.

Biasa. Topik makanan selalu mendominasi saat awal kucoba menyambung baca. Mulai dari seblak ke ketoprak. Dari jenis sosis hingga lupis.

Belum sampai seratus gerak scroll, mata melotot, kuping jengat, dan hidung sedikit terangkat. Ada topik nyeleneh yang sekonyong-konyong mengemuka.

Ceguken sempat sekali terjadi, saat Om Ibud menawarkan versi lain kepopuleran KPB menjadi KPB FM Radio. Lhaaa, cocok pakek banget nih menurutku.

Ya! Topik tembang lawas terus mengepulkan asap dari ubun-ubun penghuni kolong KPB. Ramai pakek banget. Seramai warga plus enam dua memperbincangkan dunia sepakbola Indonesia dan ceasefire di Gaza.

Aku pinisirin, gerangan siapa yang membakar tembang lawas hingga ke kolong KPB.

Scroll dan scroll akhirnya menemukan titik kulminasi awal kebakaran. Tersebutlah di situ senama Aivon, mempersembahkan lagu sejudul "Hard to Say I'm Sorry" (nyomot dari Pak Asneh dan embuh opo artine).

Aih, tembang lawas memang selalu dikenang dan akan selalu dikenang.

Kemunculan Hard to Say I'm Sorry memantik para rocker, popper, dangduter, dan bahkan melayuer KPB unjuk badan.

Mbak Aithum yang rockeris ditantang dangduter Om Idur spesialis Kopi Dangdut. Wiiih, andaikan mereka berduet pasti semanis cendol dawet saat tampil di panggung.

Scroll lagi aaah... Lho, ada "The Lady Wants to Know". Request dan ditanyakan lagu siapa oleh Mbak Sista. Dijawab cepat dinyanyikan Michael Franks oleh Om Idur.

Nah, Om Idur ini serba tahu, meskipun spesialisnya dangduter, perkara Ladies dia jagonya. Selevel Om Haut dan Engkong van Gang Sapi.  

Bisingnya KPB request tembang lawas memancing kemunculan Mbak Ana Tsrebo. Diaspora Jejer Poniman ini langsung minta lagu Michael Bolton yang berjudul "A Love So Beautiful". Nah, pastinya Mbak Ana ingat ke kisah cinta yang romantis.

Tidak ingin kalah dengan penghuni KPB lainnya, Bu Liyu dari Ngalam segera request lagunya Phil Collins yang berjudul "In The Air Tonight". Lagu sedih dan hanya Bu Liyu yang tahu makna sesungguhnya.

Ada lagu paling termeleleh versi Mbak Sista. Judulnya "Nothing's Gonna Change My Love for You". Jelaslah paling meleleh raga dan jiwa, judulnya saja menegaskan ke situ. Wes, ora perlu dikuliti maneh.

Eh, omon-omon.... Aku sih, paling demen lagu She's Gone, lengkingan nadanya yang tinggi ngepas sih menurutku.

Tak terasa, aku lantunkan lagunya Miljenko Matijevic sepaham dan sedalam yang aku bisa. Dalam heningku, hanya aku yang mendengarnya.

----------

"Yaaah! Nyapunya selesaikaaan... Nyanyi kok kayak ban bocorrr!"

Aih, lengkingan suara istri dari dapur mengalahkan lengkingan merduanya suaraku...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun