Kakek di kursi tua, menunggu larut malam
Seperti menunggu kabar dari seseorang
yang selalu dititipkan di dingin angin malam.
Di tangannya secangkir kopi hitam pekat
Aromanya mengembara melukis kenangan
Bayang-bayang zaman yang tak lagi pulang
Secangkir kopi yang tak pernah dingin
Kakek tersenyum kecil, matanya setengah lelah
Di sini, kopi tak perlu dingin, gumamnya
Sebab rindu selalu membuatnya tetap hangat
Di luar hujan merintik pelan
Seperti mengetuk pintu demi pintu
Dalam setiap tegukan, sepi berdiam
dan menelannya dalam-dalam
Sampai hujan, sampai malam
Menjadi satu, tak bisa ia bedakan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sepeda Tua
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!