Ini malam Jum'at, pos ronda terlihat ramai. Hampir semua penghuni Gang Sapi hadir dan duduk santai.
"Ini pastinya sudah pada kangen semua ke pos ronda ya," Haut nyeletuk menghidupkan suasana.
"Ya iyalah. Dari padanya di rumah melulu, mupuk tomat," timpal Inot.
Engkong terlihat diam. Sebaskom susu sapi jantan masih terlihat menggenang. Penyebab air mata se-pos ronda seakan ingin mengemis.
"Kong, bagi donk susunya," Jijay memberanikan diri mewakili keadaan.
Engkong hanya diam. Tidak berucap sepatah katapun.
"Halah!. Dari padanya merhatiin Engkong yang kayak patung Fir'aun, mending kita main tebak-tebakan," Haut segera mencairkan susana, eh suasana. Â Â
Semua setuju dan bersemangat, terkecuali Engkong seorang yang telah membatu.
Ibud yang pertama mulai. "Apa yang bisa naik tapi nggak bisa turun?" tanyanya dengan wajah serius.
Inot tegas menjawab, "Balon!"
Semua tertawa, tapi Ibud menggelengkan kepala. "Bukan, jawabannya umur!"
Berikutnya giliran Jijay. "Oke, sekarang giliran aku. Apa yang selalu datang di malam hari, tapi tidak pernah terlihat?"
Haut mencoba menebak. "Nyamuk?"
Semua tertawa lagi, tapi Jijay menggeleng. "Bukan, jawabannya mimpi!"
Ibud terkekeh-kekeh dan berkata, "Wah, kalau begitu aku ada satu lagi. Apa yang selalu diam, tapi ketika bicara, semua orang langsung mendengarkan?"
Semua mulai berpikir keras. Sekeras batu cadas. Dan malam menjelma sepi. Â
Jijay segera memecah kesunyian dan kebuntuan jawaban tebakan Ibud,"Apa itu?"
Tiba-tiba Engkong kentut dan gaduhlah suasana."Ini jawaban tebakan Ibud, tauk!" kata Engkong ngegas.
Semua penghuni pos ronda tertawa terbahak-bahak hingga perut buncit mereka sakit.
Malam Jum'at yang katanya menakutkan dipenuhi tawa riang. Mereka sadar bahwa kebersamaan dan keceriaan adalah hal yang terpenting.
arS, 04.07.2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H