Kurikulum Merdeka mewajibkan implementasi pendidikan karakter lewat kegiatan kokurikuler. Lebih dikenal dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), ada upaya mendorong tercapainya Profil Pelajar Pancasila (P3) dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek.
Dalam pembelajaran berbasis projek, murid terlibat dalam proyek atau tugas yang menuntut pemecahan masalah, kolaborasi, dan aplikasi pengetahuan dalam konteks nyata.
SMP Negeri 1 Sukapura (Sentura) di Kabupaten Probolinggo-Jawa Timur mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks nyata melalui kegiatan P5 dengan tema "Menyemai Nilai Kearifan Lokal Melalui Sosiodrama dan Gallery Walk".
Puncak dari kegiatan dengan gelar karya berupa pementasan tradisi lokal dan stand properti terkait proyek oleh setiap kelompok.
Gelar karya pementasan tradisi lokal terlaksana di lapangan sekolah pada hari Rabu, 03 Januari 2024. Sebanyak 36 Kelompok menampilkan tradisi lokal dan stand properti melebihi ekspektasi yang diperkirakan.
Hampir semua kelompok menunjukkan dan menjiwai dimensi akhlaq beragama, bergotong royong, dan kreativitas.
Melalui 12 tradisi lokal yang telah disepakati untuk ditampilkan, satu per satu kelompok bergiliran (sesuai hasil undian) mementaskan tradisi lokal yang seakan tampak nyata.
Tradisi lokal yang ditampilkan antara lain Yadnya Kasada, Tugel Gombak, Tugel Kuncung, Pujan Kasanga, Unan-unan, Karo, Mitoni, Tedak Siten, hingga Petik Laut.
Pementasan drama tradisi lokal memfokuskan pada dimensi Profil Pelajar Pancasila akhlaq beragama, bergotong royong, dan kreativitas.
Dimensi akhlaq beragama agar terbentuk Pelajar Pancasila yang aktif mengikuti acara-acara keagamaan dan terus mengeksplorasi guna memahami secara mendalam ajaran, simbol, kesakralan, struktur keagamaan, sejarah, tokoh penting dalam agama dan kepercayaan.
Kontribusi pementasan tradisi lokal tampak dalam menjiwai peran tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kepatuhan masyarakat pada saat pelaksanaan ritual keagamaan.
Peran penting tokoh agama semisal dukun di Masyarakat Tengger bahkan berhasil diperankan dengan baik oleh murid beragama Hindu tatkala membacakan do'a sakral dalam bahasa Sansekerta secara baik.
Dimensi bergotong-royong difokuskan pada kemampuan murid untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.
Karakter gotong-royong sangat terlihat pada proses penyiapan properti upacara tradisi lokal. Semua anggota kelompok saling bahu membahu dan antusias dalam menyiapkan, merangkai, menata, dan  menampilkan properti dalam pementasan tradisi yang sudah mereka sepakati bersama.
Dimensi kreatif difokuskan pada pelajar yang kreatif menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal berupa representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, luaran digital, realitas virtual, dan lain sebagainya.
Kreativitas pementasan tradisi dilengkapi properti (perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan) sungguh di luar ekspektasi guru sebagai fasilitator dan evaluator.
Hampir semua kelompok totalitas menyiapkan tahapan demi tahapan pementasan tradisi lokal lengkap dengan properti.
Pembagian peran dan tanggung jawab penyiapan properti sesuai dengan kapabilitas. Murid mampu mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya yang ada menjadi seni pementasan tradisi yang seakan tampak nyata.
Berbagai properti nyata seperti sesaji jajanan pasar, sega tumpeng, jenang pitung werna betul-betul berbahan asli. Ada juga properti kepala kerbau yang juga seperti tampak nyata.
Sebelum pementasan maka tim penilai, guru, dan murid melakukan gallery walk. Mengunjungi, menanyakan makna simbol-simbol dan nilai-nilai kebermanfaatan properti tradisi yang ada di stand tiap kelompok.
Dialog multi arah di stand kelompok betul-betul mampu lebih memberikan ruang bagi guru sebagai fasilitator dan evaluator. Murid dapat lebih berperan sebagai komunikator tentang simbolisme yang ada di tradisi setempat semisal makna tujuh warna jenang sesaji.Â
Kesemua tahapan ritual dan properti yang dipentaskan dalam P5 sebetulnya adalah media pembelajaran. Tujuan utama P5 lebih pada pencapaian dimensi Profil Pelajar Pancasila (P3), tetapi dengan strategi proyek maka tujuan dapat diukur sebagai suatu realitas kehidupan di sekitar lingkungan murid.
Demikian sebagian pelaksanaan program kokurikuler berbasis projek di SMP Negeri 1 Sukapura (Sentura). Semoga bentuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ini dapat menginspirasi dan menjadi program berkelanjutan untuk lebih mensukseskan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Oleh: Arif Rohman Saleh.
Sukapura-Kabupaten Probolinggo, 04 Januari 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H