Udara pengap semakin dirasa tak sedap. Awan urung mendekap hujan. Kucing belang lari lintang pukang.
Engkong maju selangkah. Haut berdiri tak mau kalah. Golok She Tan terhunus. Pedang Kebalawan siap ambil jurus.
***
Sekonyong-konyong berhenti angkot di mulut Gang Sapi, tepat depan pos ronda. Suara angkot yang meletup-letup serupa genderang perang penyemangat palagan. Rupanya mpok Uya yang turun dari angkot.
"Eh, Haut dan Engkong ngapain hanya berdua di pos ronda?. Pada kemana yang lain?" Tanya mpok Uya saat kedua kakinya mendarat di tanah Gang Sapi. Gang legendaris Djakarta punya. Satu-satunya.
Haut dan Engkong terdiam sepuluh juta bahasa. Mulut kelu. Lidah seakan ngilu.
"Nggak ngapa-ngapain mpok Ana." Haut memberanikan diri buka suara. Sembari menenggelamkan Pedang Kebalawan ke sarungnya.
"Ana, Ana!. Emangnya saya Suzzanna, hah?!"
"Mpok Uya emang mirip Suzzanna. Apalagi dengan rambut terjurai sepunggung. Hitam lebat mewangi. Emmm..." Engkong menimpali. Tak mau kalah dengan Haut menilai sosok mpok Uya.
"Emmm... Apa Engkong?. Hayo ngomong yang jelas!" Semprot mpok Uya sambil mendelik lebar-lebar.