Menarik mengikuti dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden di Tahun 2024 (Pilpres 2024). Tahun politik yang akan kembali menentukan pucuk pimpinan di pemerintahan dan kenegaraan Republik Indonesia.
Apalagi, baru saja PDI-Perjuangan menyatakan untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari partai berlambang moncong putih.Â
Secara kaderisasi dan tradisi tidak ada yang istimewa dari pencapresan Ganjar Pranowo. Sebab PDI Perjuangan tetap konsisten mengusung kader terbaik untuk dicalonkan sebagai presiden dalam Pilpres 2024.
Tetapi, kemunculan Ganjar Pranowo sebagai sosok potensial calon presiden sempat menimbulkan polemik di tubuh partai politik yang dibesarkan Megawati Sukarnoputri. Mengapa?Â
Karena pada awalnya santer pencapresan Puan Maharani yang mewakili trah Sukarno. Jelas berseberangan dengan keinginan para pendukung kubu Ganjar Pranowo.
Dualisame pandangan tentang pencapresan di tubuh PDI Perjuangan antara Puan Maharani ataukah Ganjar Pranowo sempat memanas dan menimbulkan friksi. Memunculkan gesekan simbolik "Banteng versus Celeng", untuk menegaskan indikasi adanya barisan "celeng" di kandang "banteng".
Isitilah banteng dan celeng diungkapkan oleh Bambang Pacul. Menurut Bambang Pacul, mereka yang mbalelo diistilahkan "kader celeng", yaitu kader yang dianggap telah keluar dari barisan banteng karena mendeklarasikan calon presiden (capres) mendahului keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri (nasional.kompas.com, 20/10/2021).
Dampak Pencapresan Ganjar bagi Jokowi
Pencapresan Ganjar lewat PDI Perjuangan yang langsung disampaikan Megawati Sukarnoputri dan dihadiri Joko Widodo (Jokowi) sebagai kader partai menunjukkan pergeseran peran politik yang dinamis.Â
Presiden Joko Widodo yang sebelumnya sempat melambung di tengah prediksi pembentukan koalisi besar untuk meleburkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) meredup.
Bandul politik kembali mengarah ke PDI Perjuangan yang menegaskan pencapresan Ganjar Pranowo adalah sebagai kader dan petugas partai. Istilah yang memang menjadi tradisi dan selalu melekat sebagai sebuah statemen resmi partai manakala ada gonjang-ganjing politik yang membawa nama besar partai bersimbol moncong putih ini.
Hadirnya Jokowi yang masih berstatus sebagai Presiden RI di pencapresan Ganjar Pranowo oleh Megawati sebagai pemegang hak prerogratif partai, jelas memposisikan siapapun sosok yang menjadi calon dan pejabat pemerintahan adalah kader dan petugas partai. Tradisi yang melekat dan menjadi ciri khas garis komando di PDI Perjuangan.
Di sinilah terlihat posisi Joko Widodo yang harus tunduk pada komando Ketua Umum PDI-Perjuangan, manakala partai memerintahkan dan menitahkan tugas kepada seorang kader. Sehingga, posisi Jokowi ke depan adalah kembali sebagai kader dan petugas partai dan tunduk pada keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan.
Andaipun Jokowi ingin peran lebih, maka tiada jalan lain bagi dirinya untuk membentuk partai politik atau ikut partai politik lain yang dapat mengibarkan nama besarnya. Tetapi, semua ada risiko yang harus ditanggungnya dan dalam hal politik apapun akan terjadi di luar prediksi dan nalar pada umumnya.
Dampak Pencapresan Ganjar bagi Puan Maharani
Pencapresan Ganjar bagi Puan Maharani jelas memupus harapan hadirnya trah Sukarno untuk kembali duduk di Istana Negara. Tetapi bagi sebagian kalangan tidaklah mengejutkan mengingat hasil survei jauh menempatkan Puan Maharani di bawah Ganjar Pranowo.
Artinya, nama Ganjar Pranowo lebih populer dan layak secara elektabilitas dicapreskan PDI Perjuangan dibandingkan Puan Maharani. Sehingga potensi memenangkan kontestasi Pilpres 2024 lebih besar jika dukungan penuh datang dari pengurus, kader, dan simpatisan partai.Â
Apalagi nama Ganjar Pranowo juga sudah didukung beberapa partai politik yang akan semakin solid ke depannya untuk mendudukkan Ganjar Pranowo di Istana Negara.Â
Puan Maharani sendiri sepertinya lebih fokus pada kepentingan membesarkan dan mempertahankan identitas partai sebagai "partai wong cilik". Tradisi yang diturunkan oleh Megawati agar PDI Perjuangan tetap mendapat dukungan dan lebih memikirkan nasib masyarakat luas.
Wasana Kata
Dinamika politik terkadang tidak mudah diprediksi. Termasuk pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI Perjuangan. Memiliki dampak luas, termasuk dampak politik bagi Jokowi dan Puan Maharani.
Dalam setiap kesempatan menyangkut kondisi politik daerah dan nasional, peran kader (khususnya di PDI Perjuangan) harus tunduk pada keputusan pengurus pusat. Hal yang terjadi juga pada Jokowi dan Puan Maharani. Sehingga peran politik Jokowi di PDI Perjuangan tidak lebih sebagai kader dan petugas partai.
Ke depan, sebagai kader PDI Perjuangan peran politik Jokowi harus tunduk pada keputusan partai. Artinya, Jokowi tidak diperbolehkan mengambil keputusan politik melebihi dan atau mendahului Ketua Umum PDI Perjuangan.Â
Sedangkan posisi Ketua Umum PDI Perjuangan nampaknya akan dipegang oleh Puan Maharani jika Megawati lengser. Dinamika yang menarik dan patut diikuti perkembangannya.
Referensi: 1, 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H