Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teganya Dokter ke Pasien Tulang Terbelah

9 April 2023   12:38 Diperbarui: 9 April 2023   18:28 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana ruang operasi. Sumber: Sasin Tipchai on pixabay.com

Dari hasil rontgen (proses menggunakan radiasi untuk mengambil foto organ dalam tubuh), terlihat jelas dua garis tulang terbelah di bawah tempurung kaki kanan. Sehingga dokter menyarankan untuk pasang pen berupa pelat dan baut.

Aku masih berpikir tentang resiko dan biaya yang mungkin masih menjadi tanggungan pasien. Meskipun sebagai pegawai negeri sudah ada tanggungan biaya pengobatan lewat Asuransi Kesehatan (Askes).

Dokter terlihat fokus memperhatikan hasil rontgen dan mendiamkan aku untuk tetap berdiri. Sambil menahan keseimbangan dengan kruk, aku merasakan sakit kembali menyiksa dari kaki kananku yang semakin bengkak.

Di antara menahan rasa sakit dan gerutu (dalam hati) atas sikap dokter yang cuek, akhirnya terlempar juga permintaan ke dokter,”Dok, mohon dibantu obat suntik untuk mengurangi rasa nyeri di kaki kanan.”

Dokter melihatku dan tersenyum,”Obatnya hanya satu. Pasang pelat dan baut. Bengkak hilang, sakit berkurang signifikan.”  

Senyum kecut terpaksa kutelan untuk kesekian kali. Tetapi, semua harus aku jalani dan menuruti saran dokter demi tulang kaki kananku yang terbelah dapat kembali menyatu. Sehingga nantinya dapat kembali normal bergerak untuk segala aktivitas yang biasa aku jalani sebagai kepala keluarga dan guru.

Sila baca penyebab tulang kaki kananku terbelah: DI SINI

Sebelum pelaksanaan operasi pemasangan pelat dan baut, aku diharuskan rawat inap di rumah sakit. Juga menyiapkan segala hal berkaitan operasi menyangkut administrasi, ketersediaan bahan pelat dan baut, obat yang dibutuhkan, juga kesiapan fisik dan psikis.

Bersyukur ada Askes (sekarang beralih BPJS Kesehatan), sehingga biaya operasi, obat dan kebutuhan rawat inap dapat dibiayai dari Askes. Termasuk biaya beli pelat dan baut, hanya dikenakan tambahan biaya 40 persen, sedangkan 60 persennya ditanggung Askes.

Operasi pembetulan kembali letak tulang, pemasangan pelat dan baut dilakukan keesokan harinya. Menyesuaikan dengan jadwal dokter ahli tulang, ahli bedah, ahli anestesi dan perawat pendukung lainnya.

Sila baca proses dan pasca operasi: DI SINI

Operasi berjalan lancar. Aku hanya butuh semalam untuk kembali menjalani rawai inap di rumah sakit. Keesokan harinya diperbolehkan pulang ke rumah.

Setelah dua hari di rumah, bengkak di kaki kananku lenyap dan rasa nyeri yang teramat sangat berangsur berkurang. Di sinilah aku menyadari mengapa dokter tega membiarkanku berdiri menahan sakit saat konsultasi satu hari sebelum operasi pemasangan pelat dan baut di kaki kananku yang terbelah.

Dokter yang tega membiarkanku berdiri menahan rasa nyeri (sakit teramat sangat) rupanya berniat meyakinkanku bahwa hanya dengan jalan pemasangan pelat dan baut dapat kembali merapatkan tulang yang terbelah. Sehingga tulang dapat menyatu kembali, menghilangkan bengkak dan nyeri yang sebelumnya tak terbayangkan.

Saran dokter untuk tetap bergerak terukur aku lakukan. Gerakan terukur ini dibutuhkan agar peredaran darah dan otot tetap berfungsi dengan baik. Sehingga asupan obat dan vitamin yang direkomendasikan dokter dapat mempercepat proses penyatuan tulang.

Konsultasi aku lakukan sesuai petunjuk dokter. Setelah luka jahitan mengering, dokter melakukan tindakan pencabutan benang operasi. Saat benang dicabut, rasanya tidak sakit, hanya seperti dicubit sedikit.

Tiga minggu aku beristirahat di rumah. Juga melakukan kegiatan olahraga ringan seperti jalan pagi dibantu kruk. Kesemuanya aku lakukan untuk mempercepat proses penyembuhan, khususnya agar tulangku yang terbelah segera menyatu kembali.

Bulan berikutnya, aku kembali mengajar yang bertepatan dengan awal berlakunya Tahun Ajaran Baru. Selama dua minggu aktivitas mengajar berbantu kruk. Setelah konsultasi dengan dokter, aku putuskan untuk lepas kruk.

Bulan ketiga aku beranikan diri mengendarai sepeda motor. Trauma kecelakaan yang tak terduga masih membayangi. Namun, semuanya harus aku jalani demi tanggung jawab sebagai kepala keluarga dan guru sebagai profesi. Demikian kisahku. Semoga selalu selamat, sehat dan bahagia di manapun berada.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun