Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran yang Memerdekakan Murid

9 November 2022   17:19 Diperbarui: 15 November 2022   09:07 3300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murid merdeka mengkreasikan produk belajar memanfaatkan aplikasi online. Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Pembelajaran berproses secara dinamis. Mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman untuk menumbuhkan dan membuahkan makna kebebasan. Makna yang mudah dan sering diucapkan, namun dalam tataran implementasi masih kerap dipertanyakan.

Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat (ditsmp.kemdikbud.go.id: 2022).

Sejalan dengan kodrat alam dan kodrat manusia serta hakikat manusia merdeka, seharusnya pembelajaran bertumpu pada potensi, bakat dan minat murid. Peran guru sebagai pendesain pembelajaran harus mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid (student centered). Pendidikan harus menghilangkan penyeragaman karena akan mematikan kreativitas anak (kompas.com, 2022).

Bagaimana desain pembelajaran yang memerdekakan murid? 

Berikut di antaranya yang bisa didesain dan diimplementasikan oleh guru:

Pertama. Berikan kebebasan murid mengeksplorasi dan mengeksploitasi konten pembelajaran. Guru dituntut dapat memodifikasi konten atau bahan pembelajaran sesuai dengan minat murid.

Kurikulum Merdeka memungkinkan guru dan murid untuk memodifikasi konten asalkan tetap dalam koridor capaian dan tujuan pembelajaran. 

Mendekatkan murid dengan lingkungan dan dinamika kehidupan melalui modifikasi konten/bahan pembelajaran.

Contoh dalam pembelajaran bahasa, murid dibebaskan menggali konten pembelajaran tentang teks prosedur. Guru dapat "menuntun" sesuai teori teks prosedur yang akan disusun murid sesuai minat. 

Kemerdekaan murid difasilitasi, murid yang senang sastra akan cenderung membuat teks prosedur menyusun puisi (misalnya), yang senang memasak menyusun cara memasak makanan, yang senang matematika menyusun cara menghitung luas ruangan dan lainnya.

Konten pembelajaran mata pelajaran IPS sangat memungkinkan mengangkat isu lingkungan sekitar murid. Contoh agen sosialisasi yang dikaitkan dengan fenomena penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. 

Merdekakan murid menggali masalah dan solusinya dari sudut pandang agen sosialisasi keluarga, teman sepermainan, ataukah media. 

Kedua. Munculkan kolaborasi dan potensi diri murid. Proses belajar murid memiliki keunikan sesuai potensi yang ada. Murid membutuhkan teman diskusi dalam belajar.

Peran guru sebagai desain pembelajaran adalah memfasilitasi kebutuhan murid yang beragam. Guru dapat mendesain pembelajaran berkolaborasi dengan mengelompokkan murid sesuai minat, potensi, dan gaya belajar dalam proses pembelajaran.

Murid merdeka mengkreasikan produk belajar memanfaatkan aplikasi online. Sumber: Dokumentasi Pribadi 
Murid merdeka mengkreasikan produk belajar memanfaatkan aplikasi online. Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Murid yang mempunyai minat dan potensi sastra tentu akan lebih termotivasi belajarnya jika ada di komunitas sastra dan yang lainnya. kolaborasi sebagai model pembelajaran merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran (Kemdikbud: 2021).

Potensi murid bisa dimunculkan lewat presentasi. Tentu dibutuhkan strategi guru untuk secara bergilir tiap siswa diberikan kesempatan menyampaikan hasil belajar mereka di depan forum. Sehingga potensi diri mereka dapat dimunculkan melalui proses pembiasaan yang terstruktur dalam pembelajaran yang memerdekakan murid.

Ketiga. Merdekakan murid mewujudkan produk belajar. Ibu dan bapak guru hebat tentu memahami bentuk potensi, minat dan bakat murid di kelas belajar.

Merdekakan kemampuan belajar murid untuk merancang dan menyelesaikan tugas belajar sesuai minat dan kemampuan mereka. Murid yang senang menggambar biarkan menyelesaikan tugas belajar dalam bentuk poster dan lainnya.

Demikian juga murid yang senang visual, jika mereka berkehendak membuat video pendek, fasilitasi kemampuan dan minat mereka untuk memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. 

Peran guru jelas di sini sebagai motivator, fasilitator, dan penuntun bagaimana teknologi hanya digunakan untuk pembelajaran dan bukan untuk hal negatif.

Wasana Kata

Semua ada tantangannya. Semua ada zamannya. Perkembangan yang terjadi harus mampu difasilitasi guru untuk memerdekakan murid dalam pembelajaran. Hak setiap individu (murid) hendaknya dihormati, pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual (Sugiarta dkk. : 2019).   

Bagaimana bapak dan ibu guru hebat? Sudah siapkah memerdekakan murid dalam pembelajaran? Seharusnya sudah dan dapat dimulai dari sekarang. Tetap semangat menuntun generasi penerus bangsa. Apapun kondisinya, di manapun berada, dan tantangan nyata yang dihadapi.

Referensi: 1, 2, 3, 4 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun