Pertama. Orang tua harus menjadi teladan dan teman diskusi yang menyenangkan. Jika ingin melarang anak merokok, jelas orang tua juga tidak merokok. Jangan sampai seperti "penceramah bunglon", pandai menasehati orang lain tetapi tak pandai bercermin diri.
Sediakan waktu untuk keluarga, sesibuk apapun pekerjaaan menumpuk di atas meja. Biasakan jalin komunikasi dan menceritakan "pacaran sehat" yang pernah orang tua alami dan bagaimana akibat seandainya "pacaran kebablasan".Â
Kedua. Ajaklah anak menjenguk orang yang sakit akibat merokok. Terapi langsung ke subyek bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan jelas lebih efektif.
Anak akan melihat, mendengar dan seakan merasakan secara langsung bagaimana menderitanya orang yang sakit akibat merokok. Memberikan pemahaman dengan diskusi multi arah apa yang dirasakan dan bagaimana dampaknya bagi kehidupan rumah tangga. Khususnya masyarakat yang tingkat ekonominya pas-pasan. Â Â
Ada kalanya orang yang dikunjungi mengidap penyakit paru kronis, jantung dan stroke. Jelas dibutuhkan cara agar selalu menjaga jarak dan memakai masker. Konsultasi ke dokter ahli lebih bijak untuk antisipasi dampak yang ditimbulkan.
Perokok yang telah terpapar kanker biasanya kondisi fisiknya melemah. Sering merasakan nyeri dan rasa sakit lainnya di sekitar kanker bersarang. Penyakit yang ditimbulkan akibat merokok bisa berupa kanker, jantung koroner, penyakit paru obstruktif kronik, pneumonia dan lainnya. (Lihat Sumber)
Ketiga. Kunjungan ke keluarga yang mengalami masalah menikah di usia sekolah akibat pacaran kebablasan. Ada banyak cerita atau kisah dari pasangan usia muda akibat "kecelakaan di kala pacaran". Masalah bukan hanya menyangkut ekonomi. Bisa juga hubungan antara orang tua dengan anak karena anak kurang dan atau tidak mandiri.
Ada kisah anak yang sudah menikah di usia sekolah tetap tinggal satu rumah dengan orang tua atau mertua. Sehingga di masyarakat Jawa ada pemeo (sindiran) "madep, mantep, mangan, melu mara tuwa".
Bisa dibayangkan jika ekonomi orang tua pas-pasan atau serba kekurangan. Akan terjadi singgung kata dan singgung sikap yang dapat menjerumuskan keretakan hubungan rumah tangga dan kekerabatan. Bahkan berujung bunuh diri.
Wasana Kata
Merokok jelas lebih banyak mudaratnya (banyak ruginya). Berapa uang yang kita bakar hanya untuk kesenangan sesaat dan ego gengsi. Mengesampingkan akibat yang ditimbulkan hingga merepotkan anggota keluarga tatkala sakit.
Demikian juga pacaran yang kebablasan saat anak usia sekolah. Banyak menimbulkan masalah bagi keluarga. Andaipun ada cerita sukses menikah di usia dini, itu hanya bisa dihitung dengan jari. Tidak semua bisa tangguh dan mandiri seperti cerita legenda yang berujung bahagia.