Di tengah duka, kabar gembira bagi bangsa Indonesia yang mayoritas penggila sepak bola, FIFA tidak menjatuhkan sanksi setelah tragedi Kanjuruhan. Kepastian kabar ini disampaikan Presiden Joko Widodo.
FIFA secara mengejutkan tidak memberikan sanksi kepada PSSI buntut tragedi di Stadion Kanjuruhan. Tragedi yang telah mengakibatkan 131 orang meninggal dunia Â
Bahkan FIFA dan pemerintah berkomitmen memperbaiki sepak bola Indonesia dengan membentuk tim transformasi bersama yang akan berkantor di Indonesia. Langkah luar biasa demi progres sepak bola di tanah air dengan segala potensi dan kekurangannya.
Tragedi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan peristiwa yang menyedihkan. Terjadi juga di dunia sepak bola akibat rivalitas, fanatisme berlebihan, dan kurangnya pengelolaan pertandingan khususnya faktor pengamanan.
Alhasil, menimbulkan kerugian materiil dan bahkan berujung jatuhnya korban jiwa. Kesedihan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Menenggelamkan progres sepak bola tanah air yang tidak sebanding dengan sisi dan nilai kemanusiaan.
Lantas, apa yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia dan pencinta sepak bola? Jelas, sepenuhnya mengikuti dan menyesuaikan standar FIFA lewat tim transformasi dalam aspek penyelenggaraan dan pengamanan.
Sedikit masukan untuk pengamanan, hendaknya ada pasukan khusus pengamanan yang berpengalaman dan terlatih dari unsur Polri (Kepolisian Republik Indonesia). Seperti pasukan khusus anti huru-hara untuk mengantisipasi segala kemungkinan.
Pasukan pengamanan khusus ini tetap mengedepankan sisi humanisme yang dilengkapi alat pengamanan terstandar FIFA. Terlatih dan berpengalaman dalam mengamankan dan menghadapi situasi ricuh sebelum, saat, dan sesudah pertandingan sepak bola.
Seandainyapun fanatisme dan rivalitas berlebihan berujung kericuhan, pasukan khusus mampu menangkal dan meredam dengan melakukan barikade terhadap pemain dan official. Tidak melakukan tindakan represif berlebihan yang sempat di pertontonkan saat tragedi Kanjuruhan.