Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Langkah Indonesia Setelah Tidak Disanksi FIFA

8 Oktober 2022   08:11 Diperbarui: 8 Oktober 2022   16:43 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di area Stadion Kanjuruhan seusai kericuhan saat Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9/2022) malam. Sumber: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU

Di tengah duka, kabar gembira bagi bangsa Indonesia yang mayoritas penggila sepak bola, FIFA tidak menjatuhkan sanksi setelah tragedi Kanjuruhan. Kepastian kabar ini disampaikan Presiden Joko Widodo.

FIFA secara mengejutkan tidak memberikan sanksi kepada PSSI buntut tragedi di Stadion Kanjuruhan. Tragedi yang telah mengakibatkan 131 orang meninggal dunia  


Bahkan FIFA dan pemerintah berkomitmen memperbaiki sepak bola Indonesia dengan membentuk tim transformasi bersama yang akan berkantor di Indonesia. Langkah luar biasa demi progres sepak bola di tanah air dengan segala potensi dan kekurangannya.

Tragedi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan peristiwa yang menyedihkan. Terjadi juga di dunia sepak bola akibat rivalitas, fanatisme berlebihan, dan kurangnya pengelolaan pertandingan khususnya faktor pengamanan.

Alhasil, menimbulkan kerugian materiil dan bahkan berujung jatuhnya korban jiwa. Kesedihan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Menenggelamkan progres sepak bola tanah air yang tidak sebanding dengan sisi dan nilai kemanusiaan.

Lantas, apa yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia dan pencinta sepak bola? Jelas, sepenuhnya mengikuti dan menyesuaikan standar FIFA lewat tim transformasi dalam aspek penyelenggaraan dan pengamanan.

Sedikit masukan untuk pengamanan, hendaknya ada pasukan khusus pengamanan yang berpengalaman dan terlatih dari unsur Polri (Kepolisian Republik Indonesia). Seperti pasukan khusus anti huru-hara untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

Pasukan pengamanan khusus ini tetap mengedepankan sisi humanisme yang dilengkapi alat pengamanan terstandar FIFA. Terlatih dan berpengalaman dalam mengamankan dan menghadapi situasi ricuh sebelum, saat, dan sesudah pertandingan sepak bola.

Seandainyapun fanatisme dan rivalitas berlebihan berujung kericuhan, pasukan khusus mampu menangkal dan meredam dengan melakukan barikade terhadap pemain dan official. Tidak melakukan tindakan represif berlebihan yang sempat di pertontonkan saat tragedi Kanjuruhan.

Semua kembali kepada pihak yang berkepentingan. Khususnya juga PSSI, wasit, pemain dan offisial untuk tidak memainkan sepak bola kacamata (saling suap dan mengatur hasil akhir pertandingan). Terpenting rivalitas antar pendukung tidak lagi mengedepankan kekerasan verbal dan fisik, tetapi mengedepankan kedamaian dan kebersamaan di dunia sepak bola. Semoga.

Salam Bola. Salam Olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun