Tahun 2022, Republik Indonesia genap berusia 77 tahun. Usia sebagai bangsa yang tidak lagi muda. Banyak makan garam kehidupan. Mampu bertahan dari gempuran gelombang revolusi yang tak pernah usai.
Era globalisasi semakin penting untuk menyadarkan dan menguatkan jati diri sebagai satu bangsa berdaulat. Bangsa bijak yang mampu bertindak secara global dan tetap teguh pada kearifan lokal (think globally act locally).Â
Dinamika global yang ditandai semakin kuatnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihindari. Memberikan keuntungan dalam banyak sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi, juga akan mampu meruntuhkan moralitas bangsa jika tidak mampu diantisipasi dampak negatifnya.
Fenomena dinamika global inilah yang ditangkap Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk dimasukkan dalam muatan Kurikulum Merdeka. Memberi arah bagi pemangku dunia pendidikan memikirkan secara bersama nasib penerus bangsa. Generasi yang nantinya mampu bersaing secara global dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
Lantas, apa roh Kurikulum Merdeka dan apa manfaatnya bagi siswa? Menjadi pokok pertanyaan yang implementasinya akan serentak di tahun 2024. Sebab tahun 2024 adalah tahun "dimungkinkannya" Implementasi Kurikulum Merdeka secara nasional.
Pada tataran implementasi, roh Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek. Memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi belajarnya.
Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL) sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.
Kata kunci dari pembelajaran berbasis proyek di antaranya: (1) pembelajaran dengan tugas kelompok yang menantang; (2) konten pembelajaran terkait dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan; dan (3) mengembangkan kolaborasi dan pemecahan masalah.
Lantas, bagaimana peran guru untuk mengimplementasikan roh Kurikulum Merdeka? Patut menjadi catatan dan tantangan mengingat banyak pihak masih meragukan kompetensi guru dalam mengimplementasikan roh Kurikulum Merdeka.
Keraguan kompetensi guru mengimplementasikan roh Kurikulum Merdeka terkait dengan "mindset tidak mau berubah". Sebab "masih banyak guru" menerapkan model pembelajaran gaya lama. Ceramah dari membuka hingga menutup pembelajaran. Bahkan siswa dipaksa CBSA (Catat Buku Sampai Akhir).