Sosok Ganjar Pranowo seakan menjadi magnet bagi banyak kalangan warganet. Didapuk untuk nantinya menggantikan Joko Widodo di posisi RI 1.
Bukan tanpa alasan, pemilik nama lahir Ganjar Sungkowo ini lebih dinilai mirip Presiden Jokowi saat mengemban tugas sebagai pemimpin. Juga idealismenya yang kukuh untuk menjaga kebhinekaan di bumi nusantara.
Tetapi, Ganjar Pranowo memiliki batu sandungan dari PDI-Perjuangan. Partai yang membesarkannya di dunia politik dan sukses mengantarkannya ke jabatan Gubernur Jawa Tengah.
PDI-P seakan ingin "menggembok" Ganjar Pranowo. Memungkinkan PDI-P memiliki peran absolut menentukan Capres 2024 di tangan Ketua Umum. Peran yang juga diakui secara terang-terangan oleh Ganjar Pranowo.
Alihkan sejenak Ganjar Pranowo dan arah "Gemboknya". Sejenak juga arahkan perhatian ke Airlangga Hartarto yang mulai "bergerilya".
Ketua Umum Partai Golkar yang juga menduduki kursi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju ini mulai "pasang iklan" di jagat media. Membidani lahirnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menghadapi Pemilu Presiden 2024.
Tentu arah politik terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu akan mengusung Airlangga sebagai calon presiden. Mengingat Partai Golkar pada Pemilu Legislatif 2019 berhasil keluar sebagai 3 besar yang memperoleh suara terbanyak (12,31%) di bawah PDI-P dan Partai Gerindra.
Soliditas pengurus dan fanatisme pemilih Partai Golkar di kancah politik nasional tidak perlu diragukan lagi. Memiliki kantong suara yang cukup merata mulai dari Papua hingga Sumatra. Mengungguli perolehan kursi PDI-P di Aceh, Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. (Lihat Sumber)
Menjadi pertanyaan besar, seandainya Airlangga Hartarto kukuh menempatkan diri di posisi Capres, siapakah tandem Cawapresnya? Akankah meminang Anies Baswedan dari non partai yang masuk radar Capres Partai Nasdem? Tentu ada hitung-hitungannya.
Seandainya terbentuk duet AA (Airlangga-Anies), dukungan KIB sangat dimungkinkan berasal dari PKS. Mengingat PKS punya kedekatan emosional yang sukses mendudukkan Anies Baswedan di DKI 1.
Tentu PKS menginginkan peran Anies Baswedan menuju tangga lebih tinggi lagi, yaitu ke Istana Negara. Namun, eksistensinya dari non partai sangat sulit dipaksa ke label RI 1, meskipun elektabilitas mampu bersaing dengan Prabowo dan ganjar Pranowo di berbagai hasil jajak pendapat.
Nah, duet AA sangat mungkin terjadi. Akan menjadi kekuatan koalisi pengusung Capres-Cawapres yang patut diperhitungkan. Mengapa? Karena mereka memiliki basis dukungan fanatik dengan 31,88 % suara di Pemilu 2019.
Dukungan suara bisa jadi akan bertambah jika ada partai politik lain yang bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu. Partai Demokrat dan PKB bisa juga merapat, bisa juga tidak. Jika merapat, maka dukungan 49,34 % suara yang solid dan militan akan menjadi kekuatan pembeda di Pilpres 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H