Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Jalur Hutan Gumitir Angker?

25 Mei 2022   08:36 Diperbarui: 25 Mei 2022   08:49 3743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Penari Gandrung di Hutan Gumitir. Sumber: twitter.com/informasiBWI

Jalur "Hutan Gumitir" memisahkan Kabupaten Banyuwangi wilayah selatan dengan Kabupaten Jember. Menjadi akses jalur darat jika menuju dan dari wilayah Banyuwangi yang terkenal dengan sebutan "Kota Gandrung" dan Jember sebagai "Kota Suwar Suwir" di Jawa Timur.

Banyak orang masih berpikiran bahwa jalur "Hutan Gumitir" angker. Kata angker dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan tampak menyeramkan atau menakutkan.

Apalagi  dengan viralnya cerita KKN di Desa Penari yang sempat "dikaitkan pula" dengan Hutan Gumitir. Semakin menambah dan mengungkit keangkeran Hutan Gumitir. Benarkah demikian? Menarik untuk diulas.

Cerita Keangkeran Jalur Hutan Gumitir

Cerita berkembang dari tuturan atau ujaran berdasarkan pengalaman dan atau kejadian di masa lalu. Termasuk cerita keangkeran seputar jalur Hutan Gumitir.

Jalur Hutan Gumitir yang berkelok-kelok dilihat dari Google Map. Sumber: screenshot/google.maps/gumitir
Jalur Hutan Gumitir yang berkelok-kelok dilihat dari Google Map. Sumber: screenshot/google.maps/gumitir

Beberapa cerita yang sempat penulis dengar di antaranya terdapat ular raksasa, kehadiran sosok perempuan cantik, bau busuk bangkai yang menyengat, hingga tangan menyembul dari kuburan. Berikut uraian singkatnya:

Pertama, adanya ular raksasa. Cerita ular raksasa sempat berkembang terdapat di jalur Hutan Gumitir, tepatnya di sekitar pemancar TVRI. Berasal dari penjaga pemancar yang menemukan sisik ular hampir selebar piring.

Kedua, kehadiran sosok perempuan cantik. Pernah terjadi saat dua orang bersepeda motor akan melewati jalur Hutan Gumitir dari arah Jember menuju Glenmore di malam hari. Setelah akan masuk ke kawasan Hutan Gumitir, diberhentikan oleh seorang perempuan cantik di pinggir jalan.

Sepeda motor berhenti. Membawa perempuan cantik yang akan ke Kalibaru, sebab sudah cukup lama menunggu kendaraan umum yang belum juga melintas.

Sesampai di tengah jalur Hutan Gumitir, perempuan yang dibonceng di tengah menghilang. Akibatnya, penumpang sepeda motor di boncengan paling belakang langsung pingsan.

Pengemudi sepeda motor sama sekali tidak menyadari peristiwa menghilangnya perempuan cantik. Juga tidak menyadari temannya yang pingsan dan terjatuh di sekitar jalur Hutan Gumitir.

Sesampainya di Kalibaru, pengemudi baru menyadari dan segera meminta pertolongan ke orang-orang yang ditemuinya. Bersama beberapa orang, teman yang pingsan ditemukan tergeletak di pinggir jalan kawasan jalur Hutan Gumitir. Baru sadar setelah dirawat beberapa hari di rumahnya.

Ketiga, bau busuk bangkai yang menyengat. Cerita yang langsung dialami ayah (almarhum) penulis. Saat ingin memasuki jalur Hutan Gumitir sekitar jam 9 malam dari arah Jember, tiba-tiba bau busuk bangkai yang menyengat begitu menguar.

Alhasil, langsung menghentikan laju sepeda motor. Menunggu kedatangan rombongan kendaraan yang searah. Saat ada beberapa kendaraan bis dan truk dari arah Jember, barulah mengambil posisi terdepan menerobos jalur Hutan Gumitir.

Keempat, tangan menyembul dari kuburan. Cerita ini sempat berkembang saat terjadi "Peristiwa Petrus". Penembakan misterius terhadap residivis zaman Orde Baru.

Kawasan Hutan Gumitir yang sepi memang dijadikan salah satu tempat pembuangan mayat korban "Petrus". Oleh masyarakat sekitar yang menemukan langsung dikubur di tempat penemuan mayat.

Cerita sempat berkembang di masyarakat, ada beberapa orang yang melihat tangan menyembul di kuburan "Korban Petrus". Namun sayang, bukti kuburan hingga saat ini tidak ditemukan.

Makam Habib Ali di lereng Gumitir. Sumber: screenshot/gogle.maps/street view
Makam Habib Ali di lereng Gumitir. Sumber: screenshot/gogle.maps/street view

Pengalaman Penulis Melintas di Malam Hari

Penulis beberapa kali melewati jalur Hutan Gumitir di malam hari. Paling sering saat mudik lebaran dari Kota Probolinggo ke Glenmore di Banyuwangi.

Jalur Hutan Gumitir di malam hari memang gelap. Maklumlah, namanya juga hutan. Jalan naik dan turun dengan banyak kelokan tajam membutuhkan keahlian dan nyali saat mengemudi.

Saat kuliah, pernah bersepeda motor melewati jalur Hutan Gumitir dengan teman yang bernama "Deni". Penulis masih ingat, saat itu sekitar tahun 1998.

Deni memaksa pulang ke Jember malam itu juga mengingat ada kepentingan keluarga. Memasuki kawasan Hutan Gumitir (sekitar jam 8 malam) tiba-tiba hujan deras.

Jalan gelap, berkabut, dan cuaca sangat dingin. Pandangan penulis yang mengemudi hanya terbatas 3 meter ke arah depan. Sedangkan suasana sekeliling betul-betul gelap dan sepi.

Saat melewati sekitar kawasan "Patung Gandrung", tiba-tiba ada orang bersepeda motor tanpa lampu berteriak dari belakang. Mempertimbangkan kemungkinan lain-lain, penulis tidak menggubris sama sekali.

Intinya, saat hujan jangan melintasi jalur Hutan Gumitir di malam hari. Sebab jalan sepi, gelap, dan berkabut. Mengakibatkan jarak pandang sangat terbatas dan licin. Terkecuali mengikuti rombongan dan terdapat lampu penembus kabut.   

Saat ini, suasana sekitar jalur Hutan Gumitir di malam hari sudah cukup terang dan ramai di beberapa titik lintasan. Sebab ada cukup penerangan lampu, warung kopi, dan terkadang masyarakat sekitar yang ikut mengatur lalu lintas di beberapa tikungan rawan.

Baca Juga: Lokasi KKN di Desa Penari, Versi Erick Thohir Diragukan?

Wasana Kata

Suasana jalur Hutan Gumitir yang dahulu dengan sekarang jauh berbeda. Tetapi, tetap harus waspada mengingat ada banyak tikungan tajam. Beberapa tempat juga masih gelap belum terjangkau penerangan jalan.

Gedung tua di tikungan tajam kedua Hutan Gumitir dari arah Jember. Sumber: Dokpri
Gedung tua di tikungan tajam kedua Hutan Gumitir dari arah Jember. Sumber: Dokpri

Apakah saat ini jalur Hutan Gumitir masih angker seperti cerita orang zaman dahulu? Tergantung pamahaman kita. Masih ditemukan "makam bayi", "makam tua" di lereng Gumitir, "Watu Gudang", "Patung Gandrung" yang katanya bergerak, dan "gedung tua" di kelokan tajam kedua dari arah Jember.

Penasaran? Silahkan hunting. Tetapi ingat, jangan memaksakan bersepeda motor di malam hari saat hujan deras. Jalanan gelap dan berkabut dapat mengganggu kenyamanan dan keamanan berkendara di jalur HUtan Gumitir. Sekian dan semoga bermanfaat.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun